Jalur evakuasi di bantaran sungai juga siap dan upaya mitigasi bencana terus dilakukan
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama TNI dan Polri memastikan kesiagaan menghadapi ancaman bencana sekunder jika terjadi erupsi Gunung Merapi selain kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana musim hujan disertai dengan fenomena La Nina.

“Kota Yogyakarta memang tidak menghadapi ancaman primer jika terjadi erupsi Merapi, tetapi ada ancaman bahaya sekunder yang harus diwaspadai yaitu banjir lahar dingin. Apalagi saat ini memasuki musim hujan,” kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti di sela apel kesiapsiagaan bencana bersama unsur kepolisian dan TNI di Yogyakarta, Kamis.

Banjir lahar hujan pernah dialami Kota Yogyakarta usai letusan besar Merapi pada 2010. Banjir tersebut menerjang bantaran Sungai Code.

Selain menyiapkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana, lanjut Haryadi, juga perlu disiapkan fasilitas pendukung lainnya seperti tempat pengungsian yang memadai.

“Penanganan di pengungsian juga harus memperhatikan protokol kesehatan karena saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19,” katanya.

Baca juga: Antisipasi penularan, sukarelawan di pengungsian Merapi dites cepat

Apel siaga bencana tersebut puncak dari rangkaian kegiatan apel siaga yang sudah dilakukan di tingkat kecamatan dalam beberapa hari terakhir.

“Dengan kesiapsiagaan ini, diharapkan masyarakat tidak lagi gagap jika menghadapi suatu bencana,” katanya.

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro menyatakan kepolisian menyiapkan sekitar 900 personel dan peralatan untuk mendukung kesiapsiagaan bencana.

“Personel kepolisian diturunkan untuk membantu evakuasi, pengamanan lokasi, baik di pengungsian maupun di lokasi bencana untuk mengamankan harta benda,” katanya.

Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kota Yogyakarta Octo Noor Arafat mengatakan kesiapsiagaan bencana dilakukan dengan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah serta memastikan seluruh peralatan dalam kondisi baik dan siap digunakan.

“Khusus untuk bencana sekunder erupsi Merapi, terdapat delapan kecamatan yang terdampak banjir lahar dingin 10 tahun lalu, di antaranya Tegalrejo, Jetis, Danurejan, serta Gondokusuman,” katanya.

Ia menyebut kondisi di bantaran sungai saat ini sudah cukup berbeda karena di beberapa wilayah sudah dilakukan program M3K (mundur, munggah, madep kali) untuk penataan sungai sehingga sungai memiliki ruang yang cukup.

“Jalur evakuasi di bantaran sungai juga siap dan upaya mitigasi bencana terus dilakukan,” katanya.

Baca juga: 240 warga lereng Merapi di Klaten mulai mengungsi
Baca juga: BNPB sebut 1.000 warga dievakuasi, aktivitas Gunung Merapi meningkat
Baca juga: Ganjar minta semua pihak siaga terkait arah erupsi Gunung Merapi


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020