Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali mengimbau warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Gunung Merapi mau dievakuasi ke tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) balai desa masing-masing.

"Kami sudah instruksikan masyarakat di KRB III Merapi, baik Desa Tlogolele, Klakah dan Jrakah Kecamatan Selo Boyolali segera mengungsi karena Gunung Merapi mulai menunjukkan peningkatan aktivitas," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali, Masruri, di Boyolali, Jumat.

Menurut Masruri, Gunung Merapi terhitung sejak dinaikkan status dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) itu, maka masyarakat kategori kelompok rentan yang di KRB III mulai dievakuasi.

BPPTKG mengatakan magma Gunung Merapi berjarak 1,5 kilometer dari puncak. Sehingga, masyarakat diimbau untuk mengungsi.

Baca juga: RSPAU Hardjolukito siapkan tim tangani bencana erupsi Gunung Merapi

Baca juga: Gunung Merapi mengalami 19 kali gempa guguran


"Kami sudah menurunkan warga dari Dukuh Bakalan, Desa Klakah, sekitar 150 orang untuk mengungsi di TPPS Balai Desa pada Kamis (12/11) malam. Masyarakat diimbau untuk turun ke pengungsian sementara," kata Masruri.

Selain itu, pihaknya juga berharap adanya Sistem Sister Village atau Desa Bersaudara antara Desa Klakah, Kecamatan Selo dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang mampu meminimalisir jumlah dampak yang ditimbulkan apabila Gunung Merapi meletus.

"Kami sudah koordinasikan dan hal itu sudah siap," kata Masruri.

Menyinggung soal ketersediaan logistik dalam penanganan bencana, pihaknya telah mempersiapkan dan siap untuk disalurkan ke masyarakat yang terdampak.

Bahkan, Pemkab Boyolali sudah menerjunkan BPBD setempat bersama 200 orang sukarelawan naik ke lereng Gunung Merapi untuk membantu masyarakat di KRB III. BPBD bersama sukarelawan sejumlah 200 orang dari berbagai unsur akan bersiaga di sekitar KRB Merapi.

Warga di KRB III Boyolali yang sudah dievakuasi ke tempat TPPS di balai desa, selain Desa Klakah, juga Tlogolele. Sedangkan, Desa Jrakah yang masuk KRB III hingga saat ini, belum ada warganya yang mau dievakuasi.

Menurut Kepala Desa Jrakah Tumar, warga yang rentan, terutama di Dukuh Sepi dan Kajor yang masuk KRB III Merapi dan berjarak sekitar 3 hingga 3.5 kilometer dari puncak belum mau digeser ke TPPS Balai Desa Jrakah.

"Warga di dua dukuh itu, masih perlu pemahaman tentang status Gunung Merapi. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa di ladang, tetapi tetap siaga jika Merapi terjadi erupsi," kata Tumar.

Pemerintah Desa bersama Tim Siaga Desa (TSD) Jrakah sudah memberikan sosialisasi soal perkembangan status Merapi yang dinaikkan menjadi Siaga (level III) dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Namun, warga tetap menjaga kearifan lokal belum ada tanda-tanda soal bahaya Merapi. Warga perlu ada sosialisasi atau penjelasan dari petugas yang memantau langsung dari BPPTKG.

"Kami rencananya mendatangkan petugas BPPTKG untuk memberikan sosialisasi di Balai Desa Jrakah, Sabtu (14/11). Kami mengundang semua Tim Siaga Desa (TSD) termasuk tokoh masyarakat Desa Jrakah," kata Tumar.*

Baca juga: Merapi siaga, warga Jrakah-Boyolali belum mau dievakuasi ke TPPS

Baca juga: Kota Yogyakarta pastikan siaga bencana sekunder erupsi Merapi

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020