Jakarta (ANTARA News) - Pada tahun ajaran mendatang, ribuan anak di Jalur Gaza menghadapi risiko tidak menerima pendidikan akibat kurangnya akomodasi fisik, demikian peringatan seorang pejabat senior PBB di Markas PBB di New York, Amerika Serikat.

Ia menyatakan, penting untuk mengirim bahan bangunan ke daerah tersebut.

Ketika berbicara kepada wartawan dalam taklimat di Markas PBB, New York, John Ging, Direktur Badan Pekerjaan dan Bantuan PBB buat Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Jalur Gaza, mengatakan, sudah tiga tahun sejak UNRWA dapat membangun satu sekolah.

"Kami saat ini menghadapi ribuan anak yang tak dapat kami tampung," kata Ging sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua.

Ketika menekankan perlunya untuk memanfaatkan prasarana pendidikan dan fisik sampai ke tingkat "maksimal", Ging mengatakan, UNRWA telah "memanfaatkan semua cara itu" dalam upaya menyediakan akomodasi pendidikan dengan cara yang sangat kreatif.

Prioritasnya ialah pendaftaran bagi tahun ajaran mendatang, kata Ging.

Ia menekankan mendesaknya waktu dalam meraih momentum guna memastikan lancarnya pengiriman pasokan yang diperlukan bagi prasarana pendidikan."Besarnya resiko terus bertambah," demikian peringatan Ging.

Ketika menyoroti semua tantangan kemanusiaan yang terus dihadapi rakyat di Jalur Gaza, Ging juga mengamati perkembangan positif baru-baru ini, seperti sebagian pasokan pakaian dan kayu yang "telah diperkenankan memasuki" daerah tersebut.

"Kita harus merangkul semua peluang positif," kata Ging. Ia juga menyatakan bahwa jalan "yang harus ditempuh masih panjang".

Biasanya, Israel mengizinkan sedikit pasokan medis dan makanan dasar memasuki Jalur Gaza sejak Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) menguasai jalur pantai itu pada Juni 2007.

Dalam perjalanan ke daerah tersebut sekitar bulan April, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyampaikan keprihatinan mengenai peningkatan tindakan Israel baru-baru terhadap Jalur Gaza, yang sudah diblokade, dan menekankan bahwa penutupan atas Jalur Gaza "harus dihentikan".

UNRWA, yang didirikan oleh PBB setelah Perang Arab-Israel 1948, telah menyediakan layanan pendidikan, sosial dan kesehatan dan bantuan darurat bagi pengungsi Palestina yang tinggal di Jordania, Lebanon dan Suriah selain di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza selama 60 tahun belakangan.

UNRWA adalah satu-satunya badan yang mendedikasikan diri dalam membantu pengungsi dari konflik atau wilayah tertentu.

Militer Israel, Rabu(22/4), mengusir seorang tahanan Palestina dari Tepi Barat Sungai Jordan ke Jalur Gaza, kata seorang pejabat.

Nash`at al-Waheidi, yang bertugas di bagian hubungan masyarakat di Komite Tahanan Palestina yang berpusat Jalur Gaza, mengatakan di dalam satu pernyataan pers bahwa Israel mulai melaksanakan perintah militernya untuk melakukan pengusiran.

Banyak pihak telah mengecam rencana Israel itu, yang dikatakan akan menjadi tindakan baru pembersihan etnik dari Tepi Barat.

Sebelumnya jurubicara parlemen Palestina Dr Aziz Dweik menyatakan pasukan pendudukan Zionis Israel telah mulai melaksanakan keputusan pengusiran; dengan mendeportasi 200 warga Palestina dari Tepi Barat ke Jalur Gaza Ia menggambarkan proses deportasi tersebut sebagai tindakan keji dan tidak ubahnya seperti kejahatan pada peristiwa Nakba kedua yang melanda rakyat Palestina.

Israel juga telah berulangkali menyerang daerah kantung tersebut, dan menewaskan banyak orang Palestina.(C003/S018/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010