Padang (ANTARA) - Butuh waktu hingga 10 jam menempuh perjalanan laut dengan kapal kayu dari Padang menuju ke Pondok Pesantren Darul Ulum Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Berada di daerah terpencil yang dijuluki bumi Sikerei, tidak menyurutkan semangat pengelola untuk tetap menjalankan pesantren sebagai wadah pendidikan agama bagi santri yang berasal dari tiga kecamatan di Mentawai, yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sikakap.

Pesantren Darul Ulum didirikan pada 2013 di Desa Sikakap menyikapi persoalan pendidikan di Mentawai, khususnya tempat tinggal kaum Muslim di pedalaman Mentawai yang ada di tiga kecamatan tersebut.

Menurut Ketua Yayasan Darul Ulum Iswandi, di daerah pedalaman tersebut tidak ada sekolah setingkat SMP, apalagi SMA.

"Yang ada hanya SD. Untuk SMP dan SMA ada di pusat kecamatan. Daerah pedalaman sangat jauh dari pusat kecamatan, mengakibatkan anak-anak Muslim yang ingin melanjutkan sekolah harus mencari tempat tinggal sendiri di pusat kecamatan," katanya.

Beranjak dari kondisi tersebut ia mengemukakan gagasan kepada teman-teman seperjuangannya di Desa Sikakap untuk mendirikan pondok pesantren.

Gagasan itu digulirkan menyikapi kondisi ekonomi orang tua yang di bawah rata-rata mengakibatkan anak-anak Muslim di pedalaman atau di desa-yang jauh dari pusat kecamatan, tidak sanggup untuk menyewa rumah kos, sehingga mereka tinggal di rumah-rumah kosong tidak layak huni yang ada di pusat kecamatan, terutama di Sikakap.

Melihat keadaan yang sangat memprihatinkan itu ia bersama teman-teman pada 2013 menyewa rumah berukuran 6×7 meter di pinggiran Desa Sikakap dan mengumpulkan anak-anak setempat dalam sebuah pondok.

"Pesantren kami beri nama Pondok Pesantren Darul Ulum, artinya, rumah ilmu atau pusat ilmu," katanya, menceritakan.

Dengan pemberian nama tersebut, ia berharap Pondok Pesantren Darul Ulum kelak menjadi pusat ilmu pengetahuan di seluruh Sikakap, khususnya dan Mentawai umumnya.

"Untuk memulai aktivitas di tahun pertama pondok didirikan, saya bersama rekan-rekan membentuk sebuah yayasan resmi untuk wadah bagi pesantren, yaitu Yayasan Darul Ulum," ujarnya.

Setelah yayasan didirikan, ia pun mengunjungi kampung-kampung Muslim di pedalaman Sikakap untuk meminta izin kepada orang tua yang anaknya bersekolah di Pusat Kecamatan Sikakap, agar bersedia menempatkan anaknya tinggal di pesantren.

Ia bersyukur karena mayoritas semua orang tua setuju anaknya tinggal di pesantren.

Pada akhir 2013, Pesantren Darul Ulum mendapatkan perhatian dari Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia melalui seorang dai yang bertugas di kampung Muslim Tubeket.

Melihat keadaan pesantren yang memprihatinkan, Dewan Da’wah berusaha mencarikan donatur untuk Pesantren Darul Ulum, sehingga pada 2014 ada seorang donatur yang bersedia untuk mewakafkan hartanya untuk pengembangan pesantren.

Kemudian dibeli tanah seluas 450 meter persegi. Tanah yang masih semak belukar itu dibersihkan secara bergotong-royong oleh warga dan seluruh wali santri dari pedalaman Sikakap. Setelah bersih, gotong-royong dilanjutkan dengan meratakan tanah yang masih miring.

Setelah diratakan, dibangun sebuah gedung berukuran 7x18 meter untuk asrama. Akhir 2014, bangunan asrama tersebut sudah selesai dan siap untuk ditempati. Kemudian, Dewan Da’wah kembali mencarikan donatur untuk operasional dan konsumsi harian pesantren, serta mengirimkan dai ke Sikakap untuk membantu pembinaan santri.

Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum berpengaruh besar terhadap perkembangan keagamaan masyarakat Desa Sikakap dan sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya hubungan erat antara pondok pesantren dengan masyarakat, pemerintah daerah, Kementerian Sosial, dan Kementerian Agama.

Secara kelembagaan, Pondok Pesantren Darul Ulum berada di bawah Yayasan Darul Ulum. Untuk menunjang kelangsungan pesantren, Iswandi Juga mendaftarkan yayasan Darul Ulum sebagai panti asuhan yang dikelola bersama dengan Dinas Sosial Kabupaten Mentawai dan Propinsi Sumbar.

Dengan adanya panti asuhan ini, pondok pesantren mendapatkan bantuan subsidi, biaya bulanan, bantuan uang saku, buku dan sebagainya, sedangkan untuk sarana dan prasarana pesantren, juga ikut berkembang seiring tahun berganti.

"Saat ini, Pondok Pesantren Darul Ulum memiliki dua level pendidikan, yaitu madrasah tsanawiyah setingkat SMP dan madrasah aliyah setingkat SMA.

Di samping itu, juga ada Tahfidzul Quran yang mendidik santri agar mempunyai keunggulan dalam aspek Al Quran.
Penggemukan sapi Pondok Pesantren Darul Ulum. (Antara/Istimewa)

Penggemukan Sapi

Pada 2017 Pondok Pesantren Darul Ulum masih mengalami kesulitan operasional dan ketika itu UPZ Baznas Semen Padang yang selama ini menjadi donatur tetap datang ke Sikakap menawarkan modal usaha penggemukan sapi.

Dengan senang hati, pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum langsung menerima tawaran tersebut.

UPZ Baznas Semen Padang pun memberikan bantuan modal sebesar Rp60 juta untuk pembuatan kandang sapi dan pembelian tujuh ekor sapi.

"Untuk perawatan sapi, kami bekerja sama dengan guru pesantren," katanya.

Sejak 2017, sudah dua kali pihaknya menjual sapi untuk kebutuhan sapi kurban di Kepulauan Mentawai. Pada penjualan pertama 2018, Pondok Pesantren Darul Ulum untung sekitar Rp19 juta lebih. Kemudian untuk penjualan kedua 2019, untung sekitar Rp21 juta.

Dari jumlah keuntungan yang didapat, 50 persen diserahkan kepada guru pesantren yang telah merawat dan memberi makan sapi, sedangkan sisanya, untuk memenuhi kebutuhan pesantren.

"Untuk Tahun 2020 ini, kami baru saja membeli enam ekor sapi, dan kami akui, pembelian ini agak terlambat, karena pandemi. Harusnya awal tahun," ujarnya.

UPZ Baznas Semen Padang bukan kali ini saja memberikan bantuan untuk Pondok Pesantren Darul Ulum, tapi sudah berulang kali. Bahkan, UPZ Baznas Semen Padang juga rutin memberikan bantuan sebesar Rp1,2 juta setiap bulan untuk biaya lauk pauk bagi santri, dan bantuan honor guru sebesar Rp3 juta.

"UPZ Baznas Semen Padang itu salah satu donatur tetap kami. 50 persen biaya kebutuhan pondok, berasal dari UPZ Baznas Semen Padang. Kemudian guru-guru pesantren kami ini, juga dai binaan UPZ Baznas Semen Padang. Untuk itu, saya selaku Ketua Yayasan Darul Ulum, berterima kasih kepada UPZ Baznas Semen Padang," kata Ketua Yayasan Darul Ulum Iswandi.

Terkait dengan bantuan modal usaha penggemukan sapi untuk Pondok Pesantren Darul Ulum Mentawai, Kepala Harian UPZ Baznas Semen Padang Muhammad Arif mengatakan bahwa pihaknya memberikan bantuan tersebut, karena program Pondok Pesantren Darul Ulum sejalan dengan program dakwah advokasi UPZ Baznas Semen Padang.

"Kami di Mentawai juga menyebar sebanyak 51 dai binaan. Para dai tersebut juga berkolaborasi dengan Pondok Pesantren Darul Ulum untuk mensyiarkan Islam di 'Tanah Sikerei' itu. Mudah-mudahan, Pondok Pesantren Darul Ulum Mentawai tetap bertahan di tengah keterbatasan finansial," kata Arif.

Keberlangsungan pendidikan, khususnya agama, bukan saja tanggung jawab pemerintah dan ulama, melainkan seluruh masyarakat. Karena itu, hendaknya keberadaan Pondok Pesan tren Darul Ulum ini tidak dibiarkan berjuang sendiri untuk mencerdaskan anak bangsa dari sisi agama. Masyarakat harus menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap perkembangan pesantren tersebut. 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020