Semarang (ANTARA News) - Keluarga mendiang Bilqis Anindya Passa (balita penderita "atresia bilier" yang meninggal dunia sebelum dioperasi), Minggu, menggelar doa bersama di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

Doa bersama yang dihadiri oleh keluarga Bilqis, pihak RSUP dr. Kariadi Semarang, dan anak-anak berasal dari Panti Asuhan Nurul Iman, Bangetayu, Semarang tersebut tampak berlangsung secara khusyuk.

"Bilqis adalah pejuang `atresia bilier` yang sangat tangguh menghadapi penyakit yang dideritanya, namun ketentuan ada di `tangan` Tuhan," kata Direktur Utama RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Hendriani Selina.

Bilqis, katanya, "pintu gerbang" para penderita "atresia bilier" lain yang membutuhkan pertolongan. Beberapa penderita "atresia bilier" lainnya dirujuk ke RSUP dr. Kariadi Semarang.

"Kami melalui tim cangkok hati sudah berupaya sekuat tenaga dan berusaha dengan segala cara untuk kesembuhan Bilqis, meskipun pada akhirnya memang seperti itu (Bilqis meninggal dunia, red.)," katanya.

Ocham Sjamsier, kakek Bilqis, mengatakan, pihak keluarga berterima kasih atas segala kerja keras tim cangkok hati untuk kesembuhan Bilqis dan pelayanan mereka selama balita itu dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang.

"Kami tidak menyalahkan siapapun karena Tuhan pasti memiliki rencana lain yang lebih baik," katanya saat mewakili pihak keluarga menyampaikan sambutan doa bersama tersebut.

Dua orang tua Bilqis, Doni Ardianta Passa dan Dewi Farida, serta putri pertama mereka yang juga kakak Bilqis, Ratu Aqila Passa, juga terlihat hadir pada acara doa bersama tersebut.

Dewi yang ditemui usai doa bersama itu mengatakan, masih relatif banyak penderita "atresia bilier" yang membutuhkan pertolongan misalnya Imel, balita berasal dari Medan dan Putri berasal dari Minahasa.

"Kami ingin menyemangati mereka yang sedang sakit, baik keluarganya maupun pasien yang bersangkutan agar mereka mampu bertahan melewati masa-masa sulit ini dan tidak mudah menyerah," katanya.

Ia mengatakan, doa bersama tersebut digelar untuk mendoakan mendiang putri keduanya itu dan anak-anak lain yang juga memiliki penyakit sama seperti Bilqis.

"Kami juga pernah melewati masa-masa sulit ini," kata Dewi yang juga warga Jalan Kramat Sentiong, Jakarta itu.

Saat doa bersama tersebut, Imel yang bernama asli Melati juga datang didampingi kedua orang tuanya, Yuli Afrizal dan Meirika, meskipun pada Minggu (25/4) anak itu mulai dijadwalkan menjalani rawat inap.

Bilqis meninggal dunia pada Sabtu (10/4) setelah dirawat selama sekitar dua bulan di RSUP dr. Kariadi Semarang sebagai persiapan operasi cangkok hati untuk mengatasi penyakit "atresia bilier" yang dideritanya. (ZLS/B/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010