Jakarta (ANTARA) - Institute of Social Economic Digital (ISED) mendorong keamanan dalam bertransaksi digital di Indonesia diperkuat di tengah semakin meningkatkan pemanfaatan teknologi digital di tengah pandemi COVID-19.

“Pemanfaatan teknologi digital seperti aplikasi meeting, edukasi, dan media sosial lainnya meningkat hingga mencapai 90 persen dari penggunaan sebelumnya saat pandemi COVID-19,” kata founder Institute of Social Economic Digital (ISED) Prof Sri Adiningsih, Selasa.

Ia mengatakan, ekonomi digital makin berkembang dan akan semakin merata di seluruh Indonesia dan tumbuh hingga di kota kecil, daerah dan perdesaan, dan masih akan berkembang dengan pesat.

"Perkembangan teknologi yang begitu cepat, mengubah pola masyarakat dalam mencari informasi dan tambahan keahlian. Sayangnya, keamanan data masih menjadi momok utama yang memprihatinkan," kata Prof Sri Adiningsih.

Menurut Sri Adiningsih, hasil survei yang dilakukan ISED menunjukkan bahwa 30 persen data pribadi pernah disalahgunakan, namun di sisi lain hampir setengah (48 persen) masyarakat tidak mempercayai dalam memberikan data pribadi kepada media online dan aplikasi.

Baca juga: Presiden: ASEAN harus tumbuh jadi kekuatan besar ekonomi digital

Adiningsih menjelaskan, di Indonesia pandemi telah meningkatkan 37 persen pengguna baru, mayoritas 56 persen dari daerah atau perdesaan (nonmetro).

"Oleh karena itu, infrastruktur yang lebih merata dan berkualitas dan keamanan digital menjadi isu penting, agar perkembangan ekonomi digital memberikan manfaat yang lebih merata di seluruh Indonesia," ungkapnya.

Adiningsih menjelaskan, hasil survei juga menunjukkan 93 persen responden akan tetap mengggunakan digital pasca pandemi. Selain itu, lanjut dia, E-commerce, transportasi dan makanan pada 5 tahun ke depan masih akan tumbuh di atas 20 persen rata-rata per tahun.

"Demikian juga, di masa pandemi perkembangan fintech, terutama digital payment meningkat," katanya.

Sementara, Direktur Eksekutif ISED Julie Trisnadewani dia menambahkan, untuk mendorong teruwujudnya keamanan transaksi digital ISED menggelar acara Ngobral (Ngobrol Digital) selama tiga hari, mulai Selasa-Kamis (17-19/11).

Acara yang sekaligus memeringati setahun berdirinya ISED ini diikuti Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G. Plate, Ketua OJK Wimboh Santoso, founder ISED Prof Sri Adingsih, Dirjen APTIKA Kominfo Semuel A. Pangarepan, Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN Arief Setiyawan, pakar, akademisi, hingga pelaku sosial ekonomi dan digital sebagai bentuk partisipasi dan kontribusi dalam mendukung kemajuan proses transformasi digital di Indonesia.

"Acara ini mengambil tema Pemerataan Digitalisasi dan Perubahan Perilaku, Pemanfaatan Fintech dan E-Commerce yang Aman, serta Melindungi Jejak Digital & Mengamankan Data Pribadi". Acara diselenggarakan gratis dan terbuka untuk umum," ujar Julie.

Dia menjelaskan, dalam setahun sejak berdirinya, ISED telah melakukan berbagai pelatihan dan edukasi di bidang sosial, ekonomi dan digital sebagai wujud mendukung transformasi digital di Indonesia. ISED juga telah mengadakan pelatihan atau workshop startup dan bisnis digital (digital marketing) terutama untuk pelaku bisnis UMKM.

Baca juga: Digitalisasi UMKM, langkah besar songsong kebangkitan ekonomi

ISED, katanya, juga telah berkontribusi dalam dunia pendidikan dengan membantu para tenaga pendidikan dari berbagai pelosok daerah dan perbatasan untuk memaksimalkan pemanfaatan media digital dalam proses belajar mengajar selama situasi pandemi.

"Selama setahun kami juga telah melakukan 4 survei, 3 whitepaper, dan 1 workshop," kata Julie.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020