Perpaduan bahan rotan dan ukir kayu dalam desain kursi merupakan karya orisinal yang menarik
Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Tarumanagara Prof Dr Agustinus Purna Irawan mengatakan hasil penelitian yang dilakukan kampus sebagai hal yang penting dalam mempertahankan budaya bangsa.

"Penelitian yang dilakukan pihak kampus memiliki peran penting dalam mempertahankan budaya bangsa. Contohnya dalam hasil penelitian dan pengembangan furnitur ukir kayu di Jepara," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung adanya diskusi kelompok terpumpun atau FGD "Hasil
Penelitian Pengembangan Design Furniture Ukir Kayu Di Jepara Indonesia” yang terbagi menjadi dua
sesi, yakni nasional dan internasional.

FGD nasional mengundang para "reviewer" yang terdiri atas berbagai kalangan, seperti praktisi senior pasar furnitur ekspor dari Solo Murwat, akademisi desain dan arsitek dari Jepara Ariyanto, praktisi bisnis furnitur kayu dari Jakarta Ade Firman, praktisi bisnis dan arsitek dari Bali Restu Agus Pidekso, serta praktisi industri furnitur ekspor dari Jepara Jamhari.

"Kegiatan ini sangat baik, karena mendukung bagaimana pengembangan industri khususnya furnitur di Indonesia," katanya.

Produk furnitur ke depannya harus melihat tantangan pasar dengan para konsumen kaum milenial maupun nonmilenial.

"Hal ini menjadi kontribusi positif dari Untar untuk dapat ikut serta memikirkan bagaimana pengembangan furnitur dan seni ukir kayu dari Jepara dan bagaimana pengelolaan bisnisnya. Kontribusi ini penting karena mempertahankan budaya bangsa, produk lokal yang berkualitas dan agar karya ini dapat dinikmati berbagai kalangan, bernilai ekonomi yang tinggi, serta bernilai edukasi baik dari segi budaya, seni maupun tradisi," kata dia.

Baca juga: Festival Sains dan Budaya 2020 angkat kearifan lokal dan budaya bangsa

Dalam FGD internasional diikuti pengkaji dari Beijing, Mo Zheng, arsitek, dari Shanghai dan Taiwan, Andy Yu, Lin Yanzhi, Steven Huang dan Roger Lin, dari Singapura Tony Lin dan Ika Phoa, dari Jepang, Ichwan Joesoef, ITPC KJRI Osaka, dan pakar seni dari Prancis Jean Couteau.

Mereka saling bertukar pikiran membagikan pandangan terkait dengan furnitur, mulai dari kualitas bahan, ciri khas desain, ukuran yang sesuai dengan pasar Asia, hingga detail-detail, seperti baut yang digunakan untuk merakit furnitur.

"Esensi dari FGD Internasional menghasilkan rekomendasi bahwa desain furnitur ukir kayu yang disajikan mempunyai peluang pasar, terutama untuk pasar Asia. Perpaduan bahan rotan dan ukir kayu dalam desain kursi merupakan karya orisinal yang menarik. Ukiran Jepara yang ditampilkan
sangat baik, konstruksi masih perlu dikembangkan, agar lebih baik lagi," ujar Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara (LPPM Untar), Jap Tji Beng.

Hasil FGD dan "review" itu, lanjut dia, akan dijadikan panduan bagi riset pengembangan desain berikutnya yang dapat pula dimanfaatkan untuk dunia akademik, dunia industri, dan masukan untuk kebijakan pemerintah. Laporan hasil penelitian ini akan disampaikan pada Kemenristek BRIN dalam bentuk laporan luaran penelitian.

Sebelumnya, LPPM Untar melalui Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia Virtual Exhibition Ke-35 oleh Kementerian Perdagangan pada 10-16 November 2020 dengan mengangkat tema "Development of Wood Carving Furniture Designs in Jepara".

Baca juga: Akademisi: insentif tak ciptakan budaya meneliti
Baca juga: LIPI: pemerintah tindaklanjuti bakat peneliti muda

Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020