mereka menganggap recovery ekonomi Indonesia masih lambat
Surabaya (ANTARA) - Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Kepelabuhanan Tanjung Perak, Henky Pratoko mendorong pemerintah agar mempercepat pemulihan ekonomi, sebab lambatnya proses pemulihan ekonomi berdampak negatif terhadap mahalnya biaya distribusi barang dari luar negeri, utamanya Tiongkok.

"Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan delegasi dari Hong Kong. Saya bertanya kenapa akhir-akhir ini costrates (biaya perjalanan red.) Naik 300 persen hingga 400 persen. Ini ternyata karena mereka menganggap recovery ekonomi Indonesia masih lambat, kata Henky ditemui dalam sosialisasi dengan Gabungan Importir Nasional Indonesia (Ginsi) Jawa Timur di Surabaya, Rabu.

Oleh karena itu, pihaknya meminta agar pemerintah terus menggelorakan kebangkitan ekonomi, agar pemulihan pascacovid bisa bergerak lebih cepat.


Baca juga: Importir Jatim harapkan nilai tukar rupiah kembali normal

Menurut dia, beberapa pengusaha asal Hong Kong sudah gencar melakukan ekspor ke Asia dan Indonesia, namun karena kekhawatiran kontainer yang masuk Indonesia tidak bisa kembali dengan cepat, maka mereka menimpakan biaya tersebut kepada importir.

"Inilah yang kemudian membuat recovery Indonesia berbiaya tinggi. Oleh karena itu, baik Pemprov Jatim, Pusat dan Kadin harus bersama-sama menggencarkan pemulihan ekonomi, sehingga bisa berdampak rendahnya cosh handling masuknya barang di pelabuhan. Intinya, bagaimana eksportir dan importir membayar biaya transportasi ini dengan biaya yang kompetitif dan terjangkau," katanya.

Sementara itu, data Diperindag Jatim menunjukkan pandemi telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap penurunan kinerja ekonomi Jatim pada semester I/2020.

Baca juga: GINSI imbau Pemerintah tidak beratkan importir soal biaya verifikasi


Pada periode tersebut, ekonomi Jatim terkontraksi 1,51 persen. Kinerja industri turun dari 6,85 persen jadi minus 1,02 persen. Sektor perdagangan turun dari 6,01 persen jadi minus 4,9 persen. Ekspor non migas, turun 5,10 persen dati 16,14 miliar dolar AS menjadi 15,32 miliar dolar AS. Impor turun 2,74 persen, dari 13,96 miliar dolar AS menjadi 13,03 miliar dolar AS.

Selama ini, pertumbuhan ekonomi Jatim bertumpu pada tiga sektor utama, sektor industri sebesar 30,71 , perdagangan berkontribusi 13,87 persen dan pertanian 12,33 persen.


Baca juga: Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia imbau pemerintah ajak swasta

Baca juga: Pelaku jasa kepelabuhanan bahas daftar negatif investasi

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020