Semarang (ANTARA News) - Orang tua Melati atau Imel, balita yang dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang karena menderita kelainan hati, mengaku kebingungan memikirkan  biaya rawat inap untuk putrinya itu.

"Rencananya, Imel hanya dirawat inap untuk persiapan `biopsi` Senin lalu (26/4), namun akhirnya diperpanjang karena Imel mengalami gusi berdarah dan bibir pecah-pecah," kata ibu Imel, Meirika di Semarang, Kamis.

Padahal, kata dia, keluarga belum memikirkan sampai sejauh itu, terutama karena faktor  biaya rawat inap putrinya yang tinggi, apalagi keluarganya belum terdaftar sebagai pasien jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas).

"Pihak rumah sakit memang berjanji akan mengusahakan dukungan dana dari pihak-pihak tertentu untuk meringankan beban kami, namun tetap saja kami bingung," kata istri Yuli Afrizal (39) itu.

Ia memaparkan, selama ini keluarganya mengandalkan donasi berbagai pihak untuk mencukupi biaya pengobatan Imel, termasuk untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sekeluarga selama tinggal di Semarang.

Pasangan muda itu adalah warga Belawan, Medan, Sumatra Utara, yang terpaksa mengontrak sementara sebuah rumah di sekitar RSUP dr. Kariadi Semarang dengan pertimbangan dekat ke RS.

Ia juga mengatakan kondisi Imel sampai saat ini masih dipantau tim dokter.  "Tim dokter juga sudah mengambil darah dari gusi Imel untuk diuji di laboratorium," kata Meirika.

Kepala Bagian Hukum, Humas, dan Pemasaran RSUP dr. Kariadi Semarang, M. Alfan mengakui Imel berstatus pasien umum dan bukan peserta Jamkesmas.

Namun, kata Alfan, pihak rumah sakit tetap memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, terutama melihat kondisi Imel yang belum memungkinkan untuk pulang, sehingga rawat inapnya harus diperpanjang.

Imel sebelumnya diduga menderita "atresia bilier" (saluran empedu yang tidak terbentuk) yang juga diidap mendiang Bilqis, namun tim dokter mengatakan kemungkinan itu kecil meskipun gejalanya hampir sama.

Berdasarkan pemeriksaan sementara tim dokter, Imel diduga menderita kelainan kromosom.

Tim dokter RSUP dr. Kariadi Semarang akan mengirim sampel darah Imel dan kedua orang tuanya ke Singapura untuk memastikan itu.

Selain Imel, RSUP dr. Kariadi Semarang saat ini tengah merawat satu pasien dengan gejala sama, yakni Putri Gracia Gambiran (7) dari Minahasa Utara. Penyakit Putri diduga juga bukan "atresia bilier".

"Kalau `atresia bilier`, kemungkinan pasien bertahan hanya sampai usia sekitar dua tahun, mengingat kerusakan organ liver penderita `atresia bilier` memang sangat parah," kata anggota tim cangkok hati, dr. Hartantyo.(*)
KR-ZLS/A033

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010