Marore, Sulut (ANTARA News) - Abrasi saat ini mengancam Pulau Marore, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, yang merupakan daratan terluar yang berbatasan dengan Filipina.

Bupati Kepulauan Sangihe Winsulangi Salindeho mengatakan hal itu saat menerima kunjungan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Pulau Marore, Minggu.

"Pantai mengalami abrasi enam meter. Pohon-pohon kepala sudah banyak yang hilang," kata Salindeho.

Ia minta kepada pemerintah pusat, terutama Kementerian Pekerjaaan Umum turun tangan mengatasi abrasi karena bisa membahayakan pulau itu.

Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang juga minta supaya pemerintah pusat melalui Purnomo untuk memperhatikan abrasi di pulau itu,

"Saya minta ini menjadi catatan khusus soal abrasi. Lama-lama pulau ini bisa hilang," ujarnya.

Purnomo berjanji melaporkan masalah abrasi dan masalah lain yang terjadi di Marore ke pemerintah pusat.

"Selain sebagai Menhan, saya datang ke sini sebagai unsur pemerintah pusat. Semua masalah di sini akan jadi catatan saya untuk disampaikan ke pemerintah pusat," ucapnya menegaskan.

Selain abrasi, masalah lain yang mendapatkan perhatian pemerintah adalah perbaikan dermaga pelabuhan yang kini rusak berat akibat terjangan ombak dan abrasi.

Akibat dermaga rusak, kapal-kapal tidak bisa bersandar, sehingga menghambat lalu lintas barang dan jasa karena jalur laut jadi satu-satunya penghubung pulau itu dengan Ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Manado.

KRI Sultan Iskandar Muda dan KRI Surabaya yang membawa Purnomo dan rombongan tidak bisa bersandar, sehingga turun ke darat dengan sekoci.

Namun, hal itu tidak mudah karena ombak besar menyebabkan sekoci sulit merapat ke kapal.

Jumlah penduduk Marore sebanyak 668 jiwa yang dilengkapi dengan satu Puskesmas, namun belum ada dokter dan hanya punya satu bidan dan dua perawat.

Sarana pendidikan telah ada dari SD hingga SMA.

Di pulau itu terdapat kantor polisi, Koramil, Pos TNI AL, Pos TNI Pengamanan Perbatasan dari Yonif 712, Imigrasi dan Bea Cukai.
(T.S027/B/C004/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010