Beijing/Dubai/Washington (ANTARA) - Para pemimpin dari 20 negara ekonomi terbesar (G20) berjanji untuk memastikan distribusi yang adil atas vaksin, obat-obatan, dan tes COVID-19 di seluruh dunia serta mendukung negara-negara miskin yang berjuang untuk pulih dari pandemi virus corona.

Krisis akibat pandemi dan pemulihan global yang tidak merata dan tidak pasti mendominasi hari pertama konferensi tingkat tinggi G20 di bawah kepemimpinan Arab Saudi, yang menyerahkan jabatan presiden bergilir G20 ke Italia bulan depan.

Pandemi COVID-19, yang telah membawa ekonomi global ke dalam resesi yang dalam tahun ini, dan upaya yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi pada 2021, menjadi agenda utama.

"Kita harus bekerja untuk menciptakan akses yang terjangkau dan memastikan semua orang bisa mendapatkannya," kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dalam pidato pembukaannya, Sabtu (21/11).

Para pemimpin G20 khawatir bahwa pandemi akan memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan yang miskin.

"Kita perlu menghindari dengan cara apa pun skenario dunia dengan 'dua kecepatan' di mana hanya yang lebih kaya yang dapat melindungi diri mereka sendiri dari virus dan memulai kembali kehidupan normal," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada pertemuan puncak itu.

Untuk melakukan itu, Uni Eropa (EU) mendesak para pemimpin G20 untuk segera menyumbangkan lebih banyak dana ke dalam proyek global untuk vaksin, tes, dan terapi yang disebut Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator dan fasilitas COVAX untuk mendistribusikan vaksin.

"Pada KTT G20 saya menyerukan 4,5 miliar dolar AS untuk diinvestasikan di ACT Accelerator pada akhir 2020, untuk pengadaan & pengiriman tes COVID-19, perawatan dan vaksin," kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Twitter.

"Kita perlu menunjukkan solidaritas global," kata dia.

Jerman menyumbang lebih dari 592,65 juta dolar AS untuk upaya tersebut, kata Kanselir Angela Merkel kepada G20. Ia mendesak negara-negara lain untuk ikut ambil bagian.

Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan untuk memberikan vaksin virus corona Sputnik V Rusia ke negara-negara lain. Ia mengatakan Moskow juga sedang mempersiapkan vaksin kedua dan ketiga.

China juga menawarkan kerja sama pengadaan vaksin. Negara itu memiliki lima kandidat vaksin yang dikembangkan sendiri dan sedang berada dalam fase uji coba terakhir.

"China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam penelitian dan pengembangan, produksi, dan distribusi vaksin," kata Presiden Xi Jinping pada KTT G20.

"Kami akan menawarkan bantuan dan dukungan kepada negara berkembang lainnya, dan bekerja keras untuk membuat vaksin menjadi barang publik yang dapat digunakan dan dibeli oleh warga dari semua negara," katanya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kalah dalam pemilihan presiden AS tetapi menolak untuk mengakui kemenangan pesaingnya Joe Biden, berbicara singkat kepada para pemimpin G20 sebelum bermain golf.

Trump membahas perlunya bekerja sama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dalam ringkasan yang dirilis Sabtu (21/11) malam.

Dia tidak menyebutkan janji AS untuk mendukung upaya distribusi vaksin global.

Satu sumber Eropa mengatakan pernyataan Trump difokuskan pada apa yang dia gambarkan sebagai pemulihan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dorongan AS untuk mengembangkan vaksinnya sendiri.


Mempersiapkan masa depan

Untuk penanganan wabah di masa depan, EU mengusulkan perjanjian tentang pandemi.

"Sebuah perjanjian internasional akan membantu kita menanggapi (wabah) lebih cepat dan dengan cara yang lebih terkoordinasi," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel kepada G20.

Sementara ekonomi global pulih dari kedalaman krisis, momentum perlambatan jumlah kasus di negara-negara dengan tingkat infeksi yang meningkat kembali dan pandemi kemungkinan akan meninggalkan luka yang dalam, ujar Dana Moneter Internasional dalam sebuah laporan untuk KTT tersebut.

Terutama yang rentan adalah negara-negara miskin dan memiliki utang banyak, yang "berada di jurang kehancuran finansial serta peningkatan kemiskinan, kelaparan dan penderitaan yang tak terhitung", tutur Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada Jumat (20/11).

Untuk mengatasi masalah tersebut, G20 akan mendukung rencana untuk memperpanjang pembekuan pembayaran utang oleh negara-negara termiskin hingga pertengahan 2021 dan mendukung pendekatan umum untuk menangani masalah utang di luar itu, menurut rancangan komunike tersebut.

Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan G20 bahwa kegagalan memberikan keringanan hutang yang lebih permanen kepada  beberapa negara sekarang dapat menyebabkan peningkatan kemiskinan dan terulangnya kegagalan seperti yang terjadi pada tahun 1980-an.

Inisiatif keringanan utang G20 telah membantu 46 negara menunda pembayaran utang sebesar 5,7 miliar dolar AS, tetapi itu jauh dari 73 negara yang memenuhi syarat, dan menjanjikan penghematan sekitar 12 miliar dolar AS.

Partisipasi sektor swasta dipandang penting untuk memastikan penggunaan inisiatif yang lebih luas.

Keringanan utang untuk Afrika akan menjadi tema penting kepresidenan Italia G20 tahun depan.


Sumber: Reuters

Baca juga: Pemimpin G20 janji danai distribusi vaksin COVID-19

Baca juga: Raja Salman buka KTT G20, soroti penyelamatan nyawa dan ekonomi


 

Erick sebut ekonomi Indonesia lebih baik dari negara G20 dan ASEAN

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020