Nikosia (ANTARA News/AFP) - Pembicaraan yang disponsori PBB untuk mengakhiri perpecahan 36 tahun Siprus mungkin akan dimulai lagi pada 26 Mei, pemimpin baru Siprus Turki yang berhaluan keras mengatakan, Senin, setelah pertemuan dengan utusan PBB.

"Pembicaraan itu sangat mungkin akan dimulai lagi pada 26 Mei," kata Dervis Eroglu pada wartawan setelah pertemuan dengan Alexander Downer, utusan khusus PBB untuk Siprus.

Menurut Eroglu, ia telah memberi tahu Downer mengenai sikapnya bahwa "pembicaraan itu akan mulai dengan pandangan untuk mencapai hasil yang positif ... dan selesai dalam periode waktu tertentu sebelum menuju referendum" mengenai rancangan penyelesaian.

Eroglu terpilih sebagai presiden wilayah yang memproklamirkan dirinya sebagai Republik Turki Siprus Utara (TRNC) pada 18 April, menjatuhkan Mehmet Ali Talat, yang telah berkampanye selama beberapa tahun untuk menyatukan kembali Siprus.

Ia telah berjanji untuk meneruskan pembicaraan, tapi pandangan nasionalis garis kerasnya telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mencapai penyelesaian sekarang akan menjadi tugas yang lebih berat.

Pembicaraan antara masyarakat Turki dan Yunani di pulau itu mulai pada September 2008, tapi ditangguhkan pada 30 Maret menjelang pemilihan di TRNC.

"Saya mengharapkan pembicaraan akan dimulai lagi sebelum awal Juni ... Kita perlu mendapatkan momentum itu kembali," ujar Downer, Senin.

"Kami ingin pembicaraan itu diadakan berdasar pada pemusatan pandangan yang telah dicapai, tidak kembali ke awal sekali," jelasnya.

"Eroglu telah menjelaskan bahwa ia senang pembicaraan itu akan berproses atas dasar tersebut, dan karena itu kami senang mendengarnya."

Utusan PBB itu diperkirakan akan bertemu Selasa dengan Presiden Siprus Demetris Christofias, yang memimpin pemerintah Siprus Yunani yang diakui secara internasional di bagian selatan pulau itu.

Siprus telah terbagi di sepanjang garis etnik sejak 1974 ketika tentara Turki merebut bagian utara pulau itu sebagai jawaban atas kudeta Siprus Yunani yang didukung Athena, yang dimaksudkan untuk menyatukan pulau di Laut Tengah tersebut dengan Yunani.

Upaya perdamaian intenasional paling belakangan gagal pada 2004 ketika masyarakat Siprus Yunani menolak rencana reunifikasi yang dirancang PBB, meskipun masyarakat Siprus Turki memberikan dukungan dengan suara melimpah. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010