Kami mendukung penuh semua upaya kolaboratif, terutama inisiatif Access to COVID-19 Tools Accelerator(ACT-A) dan fasilitas COVAX, dan pemberian lisensi sukarela atas kekayaan intelektual
Jakarta (ANTARA) - Pemimpin negara-negara yang tergabung dalam kelompok 20 Ekonomi Utama atau Group of 20 (G20) menyatakan dukungan atas deklarasi yang dikeluarkan pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi 2020 di Riyadh, yang berakhir pada Minggu malam waktu Jakarta.

Deklarasi tersebut mencakup kesepakatan atas langkah-langkah yang akan diambil untuk pemulihan dan pembangunan kembali yang inklusif, guna melindungi kehidupan dan mewujudkan masa depan yang lebih baik.

“Kami, para Pemimpin G20, bertemu untuk kedua kalinya di bawah Kepresidenan Arab Saudi, bersatu dalam keyakinan kami bahwa aksi global yang terkoordinasi, solidaritas, dan kerja sama multilateral lebih diperlukan saat ini dibandingkan sebelumnya, untuk mengatasi tantangan yang ada saat ini dan mewujudkan peluang di abad ke-21 untuk semua dengan memberdayakan masyarakat, melindungi planet, dan membentuk batas baru,” demikian tertulis dalam deklarasi tersebut.

Baca juga: Tutup KTT G20, Arab Saudi serahkan kepemimpinan ke Italia
Baca juga: G20 serukan aksi kolektif iklim dengan "ekonomi karbon sirkular"


KTT G20 yang berlangsung secara daring di bawah kepemimpinan Arab Saudi itu menghasilkan dokumen Final Communique of the Leaders’ Summit berisi lebih dari 30 poin deklarasi, yang mencakup berbagai isu, termasuk respons terhadap COVID-19 dan upaya pemulihan yang berkelanjutan dan inklusif, akses universal terhadap vaksin yang setara terjangkau, serta pembebasan hutang bagi negara-negara berpendapatan rendah.

Para pemimpin G20 juga berjanji akan melakukan semua upaya untuk memastikan akses terhadap vaksin COVID-19 yang terjangkau dan merata bagi semua orang, sesuai dengan komitmen untuk mendorong inovasi.

“Kami mendukung penuh semua upaya kolaboratif, terutama inisiatif Access to COVID-19 Tools Accelerator(ACT-A) dan fasilitas COVAX, dan pemberian lisensi sukarela atas kekayaan intelektual,” demikian deklarasi G20.

Negara-negara G20 juga telah menyetujui perpanjangan penangguhan hutang, bagi negara-negara yang memenuhi syarat, guna mendukung upaya penanganan pandemi.

“Kami berkomitmen untuk mengimplementasikan Inisiatif Penangguhan Layanan Hutang (Debt Service Suspension Initiative/ DSSI), termasuk perpanjangannya hingga Juni 2021, memberikan kesempatan bagi negara yang memenuhi syarat DSSI untuk menangguhkan pembayaran layanan hutang bilateral resmi,” tutur deklarasi itu, yang juga menyoroti kurangnya partisipasi dari kreditor swasta dalam inisiatif tersebut.

“Kami sangat mendorong mereka untuk berpartisipasi dengan persyaratan yang sebanding saat diminta oleh negara yang memenuhi syarat.”

Adapun terkait upaya pemulihan dan pembangunan masa depan yang berkelanjutan, para pemimpin anggota G20 menyatakan komitmen untuk memajukan kesiapan, pencegahan, deteksi, dan respons terhadap kemungkinan pandemi di masa depan.

Mereka juga menggarisbawahi pentingnya upaya pemulihan inklusif yang menangani permasalahan terkait kesenjangan dengan poin-poin pembangunan berkelanjutan, akses setara terhadap kesempatan, dunia pekerjaan, pemberdayaan perempuan, edukasi, pariwisata, dan migrasi dan forced displacement.

Perlindungan planet serta sumber daya alam bersama juga menjadi salah satu tema utama dalam deklarasi tersebut.

“Mencegah degradasi lingkungan, melestarikan, menggunakan secara berkelanjutan dan memulihkan keanekaragaman hayati, melestarikan lautan kita, mempromosikan udara bersih dan air bersih, menanggapi bencana alam dan peristiwa cuaca ekstrem, dan mengatasi perubahan iklim adalah salah satu tantangan paling mendesak di zaman kita. Saat kami pulih dari pandemi, kami berkomitmen untuk melindungi planet kita dan membangun masa depan yang lebih ramah lingkungan dan inklusif untuk semua orang,” demikian deklarasi G20.

G20 diisi oleh 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, Britania Raya, China, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Turki, serta Uni Eropa.

Pada bulan Maret lalu, negara-negara tersebut menyelenggarakan KTT darurat, guna merencanakan koordinasi respons global terkait pandemi COVID-19, yang dipimpin oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Selama kepemimpinan Arab Saudi pada tahun 2020 lebih dari 170 pertemuan telah digelar untuk pembahasan sektor keuangan, perdagangan dan investasi, kesehatan, pendidikan, energi, iklim, anti-korupsi, pertanian, lingkungan, ketenagakerjaan, pariwisata, ekonomi digital, dan urusan luar negeri.

Rampungnya KTT G20 sekaligus menyudahi kepemimpinan Arab Saudi selama satu tahun terakhir dan menandai dimulainya Presidensi oleh Italia untuk tahun 2021.

Adapun Indonesia dijadwalkan mengambil alih kepemimpinan G20 pada tahun 2022, diikuti oleh India pada tahun 2023, dan Brazil pada tahun 2024.

Baca juga: Kemarin, Indonesia sahibulbait G20 2022 hingga pemulangan jenazah PMI
Baca juga: Kemarin, konsolidasi fiskal-moneter pada 2021 dan KTT G20 hari kedua


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020