Yogyakarta (ANTARA News) - Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam proses pemetaan bahaya longsor, sehingga peta yang dihasilkan benar-benar dapat dipahami dan efektif dimanfaatkan masyarakat, kata dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Dwikorita Karnawati.

"Dengan peta bahaya longsor itu masyarakat dapat mengetahui zona aman dan zona yang terancam bahaya longsor di wilayah mereka," kata Dwikorita pada pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, peta itu juga bermanfaat untuk menyusun rencana pengembangan wilayah atau penataan lahan sehingga potensi sumber daya lahan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus meminimalkan potensi kejadian longsor.

Untuk menyebarluaskan metode inovatif pemetaan dan agar mampu dimanfaatkan masyarakat di negara-negara berkembang, maka berbagai karya ilmiah yang merinci inovasi konsep, justifikasi, dan prosedur standar pemetaan dengan metode geologi berbasis partisipasi masyarakat telah diajukan ke International Association of Engineering Geology (IAEG).

Ia mengatakan, konsep dan metode pemetaan itu mendapat tanggapan baik dari masyarakat internasional. Bahkan konsep itu akan dipresentasikan dan dikaji lebih lanjut dalam International Conggress yang akan digelar IAEG di Auckland, Selandia Baru, pada 5-10 September 2010.

"Pengembangan dan penerapan sistem peringatan dini gerakan tanah yang penting dan bermanfaat bagi penyelamatan jiwa manusia, pada kenyataannya masih menghadapi permasalahan yang cukup kompleks dan penuh tantangan," katanya.

Menurut dia, hal itu disebabkan berbagai kendala yang masih ditemui, yakni mulai dari persiapan teknis hingga pada tahap penerapan sistem di komunitas masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor.

Untuk itu, dibutuhkan pendekatan multidisiplin yang terdiri atas disiplin teknik geologi, teknik sipil dan lingkungan, teknik elektro, teknik geodesi, ilmu sosial, dan ilmu psikologi.

Ia mengatakan, penerapan bidang ilmu teknik geologi dan geologi lingkungan diperlukan terutama untuk mengidentifikasi dan memperkirakan model dan mekanisme gerakan, sehingga desain jenis peralatan dan jaringan sistem yang harus dipasang dapat ditentukan secara tepat.

Hasil pemetaan bahaya gerakan tanah itu, menurut dia, diperlukan untuk menentukan prioritas lokasi pemasangan alat dan sistem pemantauan dan deteksi dini longsor.

"Jadi, upaya pengurangan risiko bencana gerakan tanah memerlukan pendekatan multidisiplin, di mana teknik geologi dan geologi lingkungan menjadi dua bidang ilmu kunci yang perlu disinergikan dengan berbagai bidang ilmu lain untuk mendukung upaya pengurangan risiko bencana secara efektif," katanya.(B015/H008)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010