Padang (ANTARA News) - Jenis mutiara laut selatan (south sea pearl) asal Indonesia yang dikenal dengan julukan "The Queen of Pearls", kini menguasai 26 persen pasar dunia.

Perhiasan yang berasal dari kerang mutiara jenis "pinctada maxima" ini merupakan yang terbaik kualitasnya di dunia, kata Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Soen`an H. Poernomo, dalam siaran persnya, Sabtu.

"Di bawahnya adalah mutiara hitam dari Tahiti dan jenis akayo dari Jepang," katanya.

Mengutip Menteri KKP Fadel Muhammad, ia mengatakan, "Dilihat dari areal budidaya, tenaga kerja, peralatan pendukung, dan teknologi yang telah dikuasai, seharusnya Indonesia berpeluang untuk meningkatkan perannya di pasar internasional hingga 50 persen."

Karena itu, kata Fadel Muhammad, Lombok Sumbawa Pearl Festival yang berlangsung pada 6-8 Mei ini dapat mengangkat kembali citra mutiara Indonesia dengan hanya menjual mutiara berkualitas tinggi dan harga yang baik untuk pasar ekspor.

Festival yang juga diisi dengan lelang mutiara senilai Rp7,5 miliar itu diharapkan mampu mengangkat Lombok sebagai Ikon South Sea Pearls di dunia, katanya.

Pemerintah diharapkan mendorong penjualan mutiara melalui lelang di Indonesia sehingga memberikan nilai tambah bagi usaha budidaya mutiara dan sektor lainnya, seperti pariwisata dan industri kerajinan.

Di samping itu, pemerintah akan terus mendorong "research development" dan konservasi guna memenuhi kebutuhan usaha mutiara yang berkelanjutan, khususnya ketersediaan akan induk alam yang berkualitas.

Kini, kata dia, sekitar 90 persen budidaya mutiara masih dikuasai investor asing, yakni dari Australia dan Jepang.

Menurut dia, minimnya investor dalam negeri lebih disebabkan masalah permodalan karena pihak perbankan masih enggan memberikan bantuan kredit kepada pembudidaya lokal meskipun budidaya ini sangat menguntungkan.

Selain itu, kegiatan usaha budidaya mutiara juga memiliki prospek pasar yang baik, dan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Ia menyebutkan perusahaan budidaya mutiara di Indonesia sekitar 71 perusahaan, dan 38 perusahaan di antaranya telah bergabung dalam Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi). Perusahaan ini tersebar di wilayah Bali, NTB, NTT, Lampung, Maluku, Papua, Sulawesi, dan Halmahera.

Untuk mengembangkan usaha budidaya mutiara, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan beberapa penataan, di antaranya melakukan rekayasa teknologi perbenihan kerang mutiara. Bahkan, kegiatan insersi inti telah dapat dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia.

Selain itu, menerbitkan Keputusan Menteri KP No. 34/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Wilayah Pesisir yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan tata ruang wilayah pesisir untuk mendukung usaha budidaya mutiara.

Kemudian, menerbitkan Peraturan Menteri KP No. PER.12/MEN/2007 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat aplikasi digitasi peta untuk mendukung penentuan titik koordinat dalam penerbitan izin lokasi usaha budidaya.

Soen`an H. Poernomo yang juga anggota dari Dewan Pakar Asbumi memandang perlu dibangun "Pearl Center" di Tanah Air, mengingat Indonesia adalah sumber mutiara "south sea pearls", negara kepulauan terbesar di dunia, dan lokasinya berada di kawasan tropis.

Ia menjelaskan "Pearl Center" adalah sebuah pulau yang dipergunakan untuk budidaya, pelatihan, penelitian, dan wisata, khusus untuk mutiara.

Keberadaan "Pearl Center itu" juga dimaksudkan untuk mendorong kunjungan wisata ke NTB menuju "Satu Juta Wisatawan pada Tahun 2012".

Nusa Tengara Barat, lanjut dia, memiliki keunggulan komparatif secara geografis dekat dengan Pulau Jawa yang merupakan sentra perdagangan, dan karakteristik perairan NTB yang mampu menghasilkan mutiara--bronze, emerald, dan metal--dengan warna khas yang tidak dihasilkan di perairan manapun di dunia.

Provinsi itu juga memiliki jumlah farm terbanyak di Indonesia dengan luasan area yang telah dimanfaatkan lebih dari 6.000 hektare.

Hal lain tentang spesies kerang mutiara Indonesia adalah pinctada maxima yang merupakan jenis dengan ukuran terbesar dalam "genus pinctada" dan penghasil mutiara terbaik (queen of pearl). Jenis ini jutaan tahun yang lalu berasal dari Palung Bandanaira.

Kemudian, tersebar untuk spesies "golden lip" ke utara sampai ke kepulauan Palawan Filipina, ke arah barat sampai ke kepulauan Nikobar dan spesies "white lip" tersebar ke arah timur hingga Papua dan juga ke selatan hingga ke Australia, katanya.

(T.F011/D007/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010