Beijing/Tokyo/Manila/Taipei/dl (ANTARA) - Perusahaan farmasi Pfizer Inc bersama mitranya BioNTech SE, Moderna Inc dan AstraZeneca Plc telah merilis data uji coba bulan ini yang menunjukkan vaksin eksperimental mereka efektif dalam mencegah penyakit infeksi virus corona (COVID-19).

Jika regulator menyetujui salah satu vaksin dalam beberapa pekan mendatang, perusahaan-perusahaan farmasi itu mengatakan distribusi dapat segera dimulai dengan para pemerintah di seluruh dunia.

Namun, banyak negara Asia tidak berharap untuk menerima vaksin dalam jumlah besar pada tahap awal, dan berikut ini adalah perkiraan jadwal distribusi, kesepakatan pasokan vaksin COVID-19 yang diumumkan sejauh ini serta uji klinis yang sedang berlangsung di kawasan Asia dan sekitarnya.

Australia
Australia telah setuju untuk membeli 135 juta dosis vaksin COVID-19, yakni 34 juta dari AstraZeneca, 40 juta dari Novavax Inc, 10 juta dari Pfizer dan 51 juta dari CSL Ltd.

Australia mengharapkan pengiriman 3,8 juta dosis vaksin corona dari AstraZeneca pada Januari dan Februari tahun depan.

China
Sementara China belum mengumumkan kesepakatan pasokan vaksin dengan perusahaan farmasi Barat, yang malah bermitra dengan perusahaan swasta.

Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca mungkin disetujui di China pada pertengahan 2021 dan mitranya di China, Shenzhen Kangtai Biological Products, berencana untuk memiliki kapasitas produksi tahunan setidaknya 100 juta dosis vaksin pada akhir 2020.

Untuk vaksin dari Pfizer/BioNTech, satu unit dari perusahaan Shanghai Fosun Pharmaceutical Group merencanakan uji coba Tahap 2.

Perusahaan Tibet Rhodiola Pharmaceutical Holding membawa kandidat vaksin COVID-19 dari Rusia, Sputnik V, dan merencanakan sejumlah uji coba tahap awal dan tahap tengah penyuntikan vaksin di China.

China juga telah menyetujui tiga kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac dan perusahaan farmasi milik negara Sinopharm untuk program penggunaan darurat. Selain itu, Sinopharm berharap dua kandidat vaksinnya menerima persetujuan bersyarat untuk penggunaan pada masyarakat umum dalam tahun ini.

Jepang
Selanjutnya, Jepang memiliki kesepakatan untuk membeli 120 juta dosis vaksin dari Pfizer/BioNTech pada semester pertama tahun depan, 120 juta dari AstraZeneca yang 30 juta dosis di antaranya akan dikirim pada Maret 2021, dan 250 juta dari Novavax.

Jepang juga sedang dalam pembicaraan dengan Johnson & Johnson dan memiliki kesepakatan dengan Shionogi & Co untuk pasokan vaksin COVID-19.

Para ahli mengatakan para pembuat vaksin perlu melakukan setidaknya uji coba Fase 1-2 di Jepang sebelum meminta persetujuan.

Korea Selatan
Sementara itu, Korsel bermaksud untuk mengamankan vaksin untuk 10 juta orang dari skema kerja sama global untuk pengadaan vaksin COVID-19 (COVAX), dan vaksin untuk 20 juta orang dari kesepakatan terpisah dengan sejumlah perusahaan farmasi pada akhir tahun ini.

Korsel juga memiliki pengaturan "Pembelian Opsional" dengan COVAX yang memungkinkannya memilih vaksin COVID-19 dari perusahaan farmasi tertentu.

Waktu pengadaan dan jumlahnya tergantung pada jadwal produksi vaksin tersebut, menurut pejabat kesehatan Korsel.

Inokulasi kemungkinan akan dimulai pada kuartal kedua tahun depan untuk memberikan lebih banyak waktu untuk mengamati potensi efek samping dari vaksin.

India
Kepala Institut Serum India, yang membuat vaksin AstraZeneca, mengatakan bahwa pada 23 November hasil uji coba dengan status akhir positif dari kandidat vaksin akan memungkinkan institut tersebut untuk mencari otorisasi penggunaan darurat pada akhir tahun, sebelum mendapatkan persetujuan untuk peluncuran penuh pada Februari atau Maret tahun depan.

India juga mengharapkan vaksin COVID-19 yang didukung pemerintah akan diluncurkan pada awal Februari, saat negara itu juga sedang melakukan uji coba tahap akhir vaksin Sputnik V.

Taiwan
Sementara itu, Taiwan bermaksud untuk mengamankan sekitar 15 juta dosis vaksin pada tahap awal, baik melalui skema COVAX dan dengan membeli langsung dari sejumlah pembuat vaksin COVID-19, dan akan membeli tambahan 15 juta dosis vaksin.

Pemerintah Taiwan berharap untuk memulai vaksinasi pada kuartal pertama tahun depan.

Filipina
Filipina saat ini sedang dalam pembicaraan dengan AstraZeneca untuk pasokan sedikitnya 20 juta dosis vaksin, yang mungkin tiba di negara itu pada kuartal kedua tahun depan. Filipina berharap untuk mengamankan total 60 juta dosis vaksin COVID-19 dan juga sedang dalam pembicaraan dengan Pfizer dan Sinovac.

Para pembuat vaksin dapat mengajukan permohonan persetujuan dengan regulator Filipina meskipun tidak ada uji klinis yang dilakukan di negara itu.

Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang masuk dalam daftar 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang berarti berhak mendapatkan akses vaksin melalui COVAX untuk 20 persen populasinya, atau sekitar 106-107 juta dosis jika setiap orang mendapatkan dua suntikan.

Indonesia sedang menguji vaksin Sinovac dan bersiap untuk memulai vaksinasi massal untuk staf medis dan pekerja garis depan lainnya paling cepat pada akhir Januari.

Vietnam
Seorang pejabat pemerintah Vietnam mengatakan vaksin dari COVAX hanya akan mencakup 20 persen dari populasinya dan negara tersebut kemungkinan besar memiliki kesempatan untuk segera mendapatkan kesepakatan terpisah karena permintaan secara keseluruhan sangat tinggi.

Bangladesh
Bangladesh menandatangani kesepakatan dengan Institut Serum India untuk membeli 30 juta dosis vaksin AstraZeneca.

Bangladesh juga mengharapkan untuk menerima 68 juta dosis vaksin COVID-19 dari GAVI dengan harga bersubsidi, kata seorang pejabat senior kementerian kesehatan.

GAVI adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 2000 untuk meningkatkan akses ke vaksin baru untuk anak-anak yang tinggal di negara-negara termiskin di dunia.

Sumber : Reuters

Baca juga: Moderna klaim vaksin buatannya 94 persen efektif cegah COVID-19
Baca juga: AstraZeneca sebut "vaksin untuk dunia" 90 persen efektif
Baca juga: Dirjen WHO: 184 negara bergabung dalam program COVAX

 

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020