Jakarta (ANTARA) -- Kepala Badan Teknologi Tenaga Nuklir Naisonal (Batan) Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan mengatakan bahwa pengembangan tenaga nuklir di Indonesia saat ini masih berfokus di sektor pangan dan kesehatan. Pasalnya, dua sektor tersebut dinilai paling membutuhkan sentuhan teknologi nuklir untuk meningkatkan kualitas.

"Untuk pangan, Batan berhasil menghasilkan 44 varietas tanaman pangan, dimana dua diantaranya merupakan varietas Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar di kawasan Agro Techno Park (ATP) di Klaten, Jawa Tengah," ujar Anhar saat mengunjungi ANTARA, Rabu.

Sementara itu, pemanfaatan pada sektor kesehatan diaplikasikan dalam bentuk radioisotop dan radiofarmaka untuk kebutuhan diagnosa kanker tulang, kanker tiroid, terapi paliatif kanker hingga diagnosa penyakit jantung dan ginjal.

Terkait pemanfaatan nuklir untuk energi listrik, Anhar menegaskan pihaknya telah menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur. Dirinya menyatakan bahwa Batan akan mengintegrasikan teknologi PLTN generasi ke-3 yang peningkatan faktor keselamatan dan keamanan.

"Jadi, kebocoran yang terjadi di PLTN Fukushima disebabkan oleh tsunami dan, patut dicatat, PLTN Fukushima adalah PLTN dengan teknologi generasi kedua, yang dibangun pada tahun 70-an," paparnya.

Lebih lanjut, potensi nuklir sebagai energi, tambah Anhar, tentunya sangat besar sebagai alternatif sumber energi bersih karena PLTN tidak mengeluarkan emisi karbon dioksida.

"Jadi, (PLTN) sangat tepat menjadi pilihan energi bersih dan juga mendukung peningkatan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025," tukasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020