Pekanbaru (ANTARA News) - Dengan mengenakan rompi dan topi warna biru muda, sejumlah pria paruh baya menghampiri sekelompok anak jalanan di sebuah persimpangan jalan. Saat itu malam sudah larut dan udara dingin masih menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, pada Minggu (16/5) dini hari.

Para lelaki itu terlihat melangkah dengan berbegas.

"Dari mana, bang?," tanya seorang anak jalanan.

Sekelompok anak tersebut sepertinya tak mengharapkan kedatangan tamu tak dikenal pada malam itu. Seorang anak langsung menatap tajam dengan raut muka pucat, mungkin karena terkejut.

"Kami dari tim sensus," kata pria bertopi biru itu menjawab.

Entah mungkin karena salah mendengar, tiba-tiba seorang anak langsung berteriak dan lari terbirit-birit."Apa, tim densus. Lari...," teriak anak itu.

Alhasil, situasi mendadak tegang dan beberapa anak akhirnya ikut melarikan diri. Para pria berseragam biru itu cuma bisa melongo dan berteriak-teriak sambil menjelaskan mereka adalah tim sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS), bukan tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang bekerja memburu teroris.

Sekelumit kejadian tersebut memberi warna tersendiri dalam pelaksaan sensus penduduk untuk tunawisma di Pekanbaru. BPS secara serentak melakukan sensus penduduk untuk para tunawisma di seluruh Indonesia pada tanggal 16 Mei, mulai pukul 00.00-06.00 WIB. Sensus tersebut juga ditujukan kepada anak jalanan dan orang gila.

Ternyata pelaksanaan sensus untuk tunawisma tidak semudah seperti teorinya. Kesulitan terlihat saat salah satu tim BPS Riau melakukan sensus di 20 titik di daerah Rumbai, Payung Sekaki, dan Pekanbaru Kota.

Hingga sekitar satu jam berkeliling, petugas belum menemukan satu pun tunawisma di lokasi yang dituju. Beberapa lokasi yang sebelumnya telah diidentifikasi sebagai tempat tinggal sementara para tunawisma, ternyata kosong, dan petugas hanya menemukan tikar dan beberapa pakaian bekas.

"Banyak tempat yang biasa menjadi tempat istirahat para tunawisma, ternyata kosong. Mungkin karena sekarang malam Minggu, jadi masih banyak tunawisma yang mengemis belum kembali ke tempat mereka," kata koordinator tim sensus tunawisma dari BPS Riau, Usman.

Lebih Sederhana

Kepala BPS Provinsi Riau, Abdul Manaf, mengatakan, pihaknya menurunkan tiga tim yang terdiri atas 30 anggota sensus untuk mendata jumlah tunawisma di Pekanbaru. Ia juga mengatakan prosedur sensus tersebut lebih sederhana karena hanya akan fokus pada pendataan jumlah tunawisma.

Ia menjelaskan, petugas BPS hanya akan mendata target sensus perihal nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal serta tempat tanggal lahir.

"Mereka yang tidak punya KTP juga tidak masalah, karena kami hanya akan mendata jumlah tunawisma agar mereka tidak tertinggal dalam pelaksanaan sensus penduduk," ujarnya.

Meski begitu, mudahnya teori sensus tunawisma ternyata berbeda jauh dari pelaksanaan di lapangan. Petugas sensus, ujar Andul Manaf, harus ekstra sabar dalam melakukan tugas mereka.

"Melihat kami datang, mereka kabur, disangka ada razia," katanya. (F012/H-KWR)

Pewarta: Fb Anggoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010