Jakarta (ANTARA) - Thomas Bach dilaporkan akan maju tanpa lawan untuk menjalani masa jabatan kedua sebagai Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Dilansir AFP, Selasa, Bach, seorang pengacara Jerman berusia 66 tahun, dikonfirmasi akan mengisi lagi jabatan empat tahun kedua dalam sesi IOC pada Maret di Athena.

Bach sebelumnya terpilih memangku masa jabatan delapan tahun sebagai bos IOC pada September 2013 menggantikan Jacques Rogge asal Belgia. Jika terpilih kembali, Bach akan mengisi posisi orang nomor satu IOC hingga 2025 atau setahun setelah penyelenggaraan Olimpiade Paris.

Baca juga: IOC akan pastikan peserta dan penonton Olimpiade Tokyo sudah divaksin
Baca juga: IOC tegaskan Olimpiade tidak bisa jadi arena demonstrasi


Mantan atlet yang memenangi medali emas cabang anggar untuk Jerman Barat pada Olimpiade 1976 itu terpilih sebagai anggota IOC pada usia 37 tahun. Ia memainkan peran yang cukup berpengaruh di dalam organisasi, terutama sebagai anggota Komisi Atlet sebelum terpilih sebagai presiden ke-9 IOC.

Di bawah kepemimpinannya, Bach dihadapkan dengan beberapa tantangan politik terutama saat mengawasi Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014 dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Kedua ajang tersebut dianggap sebagai pergelaran yang paling bermasalah dalam beberapa tahun terakhir pelaksanaan Olimpiade.

Selain itu, ia juga menjadi pemain kunci dalam penemuan kasus pelanggaran doping Rusia yang kini masih berlangsung.

Baca juga: IOC tak paksa atlet disuntik vaksin COVID-19 sebelum olimpiade

Bach juga mendapat kecaman karena mengaktifkan kembali Komite Olimpiade Nasional Rusia, meski Moskow telah dengan sengaja memanipulasi program anti-doping yang disponsori negara. Akibatnya, IOC melarang Rusia bertanding di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018.

Meski demikian, Bach pantas mendapat pengakuan karena kebijakan terbarunya soal reformasi pemangkasan biaya dalam Olimpiade Tokyo 2020.

IOC bisa dibilang menghadapi tantangan terbesarnya selama masa jabatan Thomas Bach, terutama dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 yang berakibat pada penangguhan Olimpiade Tokyo, yang menandai pertama kalinya perayaan olahraga terbesar sejagad itu ditunda sejak Perang Dunia II.

Baca juga: Laporan: Olimpiade yang tertunda butuh tambahan 1,9 miliar dolar AS
Baca juga: IOC kucurkan Rp12 triliun atasi dampak penundaan Olimpiade Tokyo


 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020