Tik Tok yang dahulu lebih banyak untuk hiburan, kini sudah mulai untuk isu yang lebih besar seperti politik.
Jakarta (ANTARA) - Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi menyebut naiknya pengguna platform media sosial Tik Tok di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai siasat dalam pengambilan keputusan instansi pemerintah maupun perusahaan.

Dalam Konvensi Nasional Humas (KNH) 2020 secara daring di Jakarta, Sabtu, Ismail Fahmi mengatakan bahwa Tik Tok sebelumnya tidak tampak di dalam grafik pertumbuhan pengguna platform media sosial. Akan tetapi, sekarang sudah naik.

"Pada bulan Januari 2020 Tik Tok posisinya di 25 persen, saya yakin sekarang sudah tidak 25 persen, sekarang sudah naik penggunanya, lebih besar dari 25 persen," ujar Ismail Fahmi.

Baca juga: Indonesia tidak akan ikut-ikutan larang TikTok

Ia mencontohkan salah satu bentuk kekuatan Tik Tok adalah pada saat pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang menimbulkan berbagai aksi unjuk rasa, video terkait omnibus law di Tik Tok ditonton hingga 200 juta kali, sementara tagar omnibus law di Twitter yang menjadi trending internasional pun sekitar 200 juta.

Dari fenomen itu, dia menilai Tik Tok yang dahulu lebih banyak untuk hiburan, kini sudah mulai untuk isu yang lebih besar seperti politik.

Keunggulan lainnya adalah pengguna Tik Tok disebutnya kebanyakan adalah anak muda dan generasi milenial.

Sementara itu, polisi mencatat isu-isu berkembang yang memengaruhi masyarakat paling banyak ditemukan salah satunya di Twitter yang penggunanya juga melonjak di Indonesia, yakni sebanyak 27 persen pada tahun 2018, menjadi 52 persen pada tahun 2019.

Baca juga: 5 Kejadian heboh yang menimpa media sosial pada 2018

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020