Perlu dicatat bahwa angka 90 persen ini bukan dari total kamar yang ada di sebuah hotel, tetapi dari total kamar yang diizinkan untuk dioperasionalkan pada masa pandemi yaitu 70 persen dari total kamar
Yogyakarta (ANTARA) - Meskipun pemerintah menghapus cuti bersama pada akhir tahun, namun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tetap optimistis okupansi hotel pada libur akhir tahun bisa mencapai 90 persen.

“Perlu dicatat bahwa angka 90 persen ini bukan dari total kamar yang ada di sebuah hotel, tetapi dari total kamar yang diizinkan untuk dioperasionalkan pada masa pandemi yaitu 70 persen dari total kamar,” kata Ketua DPD PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, puncak okupansi tersebut akan terjadi pada 28 Desember hingga 2 Januari 2020, sedangkan grafik kenaikan tamu untuk libur panjang akhir tahun sudah akan terjadi sejak 20 Desember.

Deddy mengatakan optimisme yang cukup tinggi tersebut disebabkan berbagai faktor, di antaranya masyarakat juga tetap membutuhkan waktu untuk berlibur pada masa pandemi COVID-19.

Baca juga: Yogyakarta promosikan pariwisata lewat "virtual tour" 360 di Youtube

“Banyak wisatawan yang menyampaikan bahwa berlibur tetap diperlukan. Sehat tidak hanya sehat jasmani tetapi sehat rohani dengan cara berlibur melepaskan penat,” katanya.

Hingga saat ini, lanjut Deddy, tamu yang menginap di hotel di DIY masih didominasi wisatawan yang berasal dari Pulau Jawa, paling banyak berasal dari Jawa Tengah, baru kemudian Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta

“Tetapi ada juga tamu dari luar Pulau Jawa seperti dari Lampung juga cukup banyak, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat serta dari Kalimantan Timur,” katanya.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta optimistis pertumbuhan ekonomi naik triwulan IV 2020

Ia pun memastikan bahwa seluruh pelaku usaha hotel dan jasa akomodasi pariwisata akan menerapkan protokol kesehatan secara ketat saat melayani tamu guna mencegah potensi penularan COVID-19, baik ke tamu maupun ke karyawan hotel dan restoran.

“Kami belajar banyak dari pengalaman menerima tahu sejak Agustus hingga Oktober. Pada saat itu masih banyak tamu yang merasa sudah nonreaktif dari hasil rapid test lalu tidak menjalankan protokol kesehatan yaitu tidak pakai masker,” katanya.

Sesuai protokol yang berlaku, maka tamu tersebut akan diingatkan untuk memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan lainnya. “Jika masih tidak patuh, maka kami tidak akan menerimanya sebagai tamu,” katanya.

Baca juga: 59 hotel dan restoran di Yogyakarta terverifikasi protokol kesehatan

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020