Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga kita yakin status vaksin yang diterima dalam kondisi baik
Jakarta (ANTARA) - Sembilan bulan sudah Indonesia didera krisis yang serasa tak berujung dan melelahkan, akibat pandemi COVID-19.

Pemerintah berjibaku melawan musuh tak kasat mata yang sudah menginfeksi ratusan ribu orang dan keberadaannya juga telah menyebar luas hingga pelosok negeri.

Berbagai langkah telah diambil pemerintah untuk menanggulangi dan mengendalikan dampaknya, mulai dari seruan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 kepada masyarakat untuk menerapkan protokol 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, serta menghindari kerumunan.

Selain itu, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penyemprotan disinfektan, upaya pemeriksaan, penelusuran dan pengobatan (3T) oleh para tenaga medis, hingga sosialisasi dan edukasi tanpa henti dari duta perubahan perilaku di lapangan.

Namun demikian, upaya-upaya tersebut tampaknya belum membuahkan hasil maksimal.

Meski angka kesembuhan terus meningkat berkat upaya penanganan cukup masif, lonjakan kasus terus terjadi dari hari ke hari.

Untuk itu, pemerintah menilai kehadiran vaksin COVID-19 dalam perjuangan menghentikan pandemi adalah salah satu solusi kunci selain perlunya menerapkan protokol pencegahan dengan 3M.

Sayangnya, kehadiran vaksin dalam upaya memberantas penyakit yang ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2 itu, tidak sepenuhnya disambut dengan baik oleh sebagian kelompok masyarakat.

Buktinya, sejumlah anggapan keliru tentang dampak vaksin masih berkembang di tengah-tengah masyarakat, menurut dokter spesialis anak dari Yayasan Orang Tua Perduli (YOP) dr Endah Citraresmi, Sp.A (K) dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/11).

Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa vaksin tidak penting karena dengan sanitasi yang cukup, kuman-kuman, termasuk bakteri dan virus, sudah dapat dilumpuhkan.

"Itu tidak betul. Vaksin itu tetap penting sembari kita terus menjaga higienitas," katanya.

Baca juga: Menko PMK: Pemberian vaksin COVID-19 disebar ke daerah prioritas

Di antara mereka juga masih ada yang beranggapan bahwa vaksin dapat memberikan efek samping dan kerugian jangka panjang.

Ada lagi kelompok masyarakat lain yang pasrah dan membiarkan tubuhnya terkena penyakit karena kekebalan tubuhnya akan dapat menyembuhkan secara alami.

Padahal, tanpa adanya penanganan yang tepat, paparan kuman atau virus yang menginfeksi tubuh dapat menimbulkan risiko gejala yang lebih berat, bahkan menyebabkan kematian.

Selain itu, ada juga mitos atau anggapan bahwa vaksin mengandung merkuri berbahaya hingga menyebabkan autis.

Anggapan-anggapan tersebut, kata Endah, semuanya keliru, karena ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin hanya menimbulkan efek samping ringan, dan tidak berat apalagi berkepanjangan. Vaksin juga tidak berbahaya, apalagi menyebabkan autis.

Jaminan keamanan

Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi. menegaskan vaksinasi cara yang paling ampuh mencegah penularan COVID-19 dan membantu mempercepat proses penghentiannya, selain penerapan 3M yang masih harus tetap dibiasakan.

“Sehingga tujuan vaksinasi ini adalah supaya kekebalan individu tiap-tiap orang yang divaksinasi akan kebal terhadap COVID-19. Kemudian kalau makin banyak yang divaksinasi, akan terjadi kekebalan kelompok, sehingga virusnya akan susah dia. Mau pindah ke A sudah kebal, mati virusnya. Pindah ke B, C, dan seterusnya juga kebal. Akhirnya, virusnya akan terus berkurang. Dengan penularan berkurang, pesakitan berkurang, kehidupan sosial akan pelan-pelan pulih dan ekonomi juga pulih,” katanya.

Untuk itu, ia mengajak masyarakat menyambut baik upaya vaksinasi dengan berpartisipasi aktif dalam imunisasi nanti, guna mencapai kekebalan, baik secara individu maupun kelompok, atau disebut juga dengan "herd immunity", sehingga kelompok masyarakat yang masih rentan juga dapat dilindungi.

Efektivitas dan keamanan vaksin dapat dijamin karena pembuatannya sudah melalui fase-fase yang sudah seharusnya dilalui, mulai dari penelitian, uji coba fase satu, fase dua, fase tiga, hingga fase perolehan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setempat.

Semua tahapan tersebut juga telah melalui pengawasan yang sangat ketat.
 
Kerumunan orang sedang mengantre di depan loket di sebuah stasiun di Jakarta, Rabu (17/4/2019). (ANTARA/Katriana)


“Jadi imunisasi ini sudah terbukti aman di berbagai negara. Buktinya imunisasi pada kasus campak, difteri dan sebagainya. Itu sangat efektif sehingga semua negara juga memikirkan itu,” katanya.

Vaksin aman bagi tubuh manusia. Itu terbukti dari banyaknya kegiatan imunisasi yang sudah dilakukan sejak 1974, dengan 22 juta anak Indonesia yang juga diimunisasi setiap tahun.

Sementara itu, pembuatan vaksin pada situasi normal memang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga bertahun-tahun.

Baca juga: MPR: Pemerintah petakan rencana pemberian vaksin

Namun pada masa darurat seperti pandemi COVID-19 saat ini, vaksin COVID-19 sangat dibutuhkan sehingga proses pembuatannya juga dipercepat.

Namun demikian, Soedjatmiko memastikan bahwa meskipun pembuatannya dipercepat, bukan berarti ada fase yang dilewati selama proses pembuatan.

“Semua fase tetap dilakukan, tetapi prosesnya dilakukan secara paralel dan orangnya juga diperbanyak yang melakukan penelitian, hingga jam uji kliniknya juga ditambah lebih lama dalam sehari,” kata dia.

Untuk itu, masyarakat diharapkan tidak perlu lagi khawatir dengan efektivitas dan keamanan vaksin karena semua tahapan pembuatan dilakukan dan diawasi secara ketat sehingga hasil akhir pembuatan vaksin tersebut juga kelak dapat dirasakan manfaatnya dalam pencegahan COVID-19.

Untuk meyakinkan masyarakat, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto juga memastikan bahwa fisik vaksin COVID-19 yang didatangkan ke Indonesia tidak ada yang cacat, sementara kendaraan pendingin untuk pengiriman hingga gudang penyimpanan vaksin juga disiapkan dengan baik guna menjaga vaksin tidak rusak dan tetap aman.

"Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga kita yakin status vaksin yang diterima dalam kondisi baik. Tidak ada kemasan atau isi yang rusak, dan suhu selama perjalanan atau pengiriman sesuai prosedur," tuturnya dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin (7/12).

Ia memastikan BUMN produsen vaksin PT Bio Farma telah menyatakan kesiapan kendaraan berpendingin dalam kondisi baik.

Kendaraan berpendingin itu dimaksudkan untuk memonitor suhu vaksin dalam perjalanan tetap sesuai prosedur agar kualitas vaksin tidak rusak.

Selain itu, gudang penyimpanan vaksin telah disiapkan agar dapat menampung 1,2 juta vaksin Sinovac dari China dengan manajemen rantai dingin yang sesuai prosedur.

Vaksin COVID-19 asal China itu akan didistribusikan ke Dinas Kesehatan provinsi di beberapa wilayah Indonesia untuk selanjutnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan kabupaten-kota.

Menkes Terawan mengatakan vaksinasi COVID-19 tahap pertama akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga kesehatan penunjang yang bekerja di fasilitas kesehatan.

Sasaran kebutuhan vaksin COVID-19 per kabupaten dan kota akan disiapkan oleh daerah dan dimasukkan ke dalam data Tim Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai data sasaran vaksinasi.

Pelaksanaan distribusi vaksin dipastikan sudah sesuai dengan cara distribusi obat yang baik (CDOB) sehingga vaksin dapat diterima oleh masyarakat.

Untuk meyakinkan masyarakat lebih dalam lagi, Presiden RI Joko Widodo menegaskan bahwa vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan asal Tiongkok, Sinovac, yang telah tiba di Tanah Air pada Minggu (6/12) malam, harus lebih dahulu melalui tahap pengujian BPOM sebelum digunakan.

Segala prosedur terkait dengan vaksinasi harus dilalui dengan baik dalam rangka menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat serta efektivitas vaksin.

Baca juga: Jawa Tengah dapat 421.000 dosis vaksin COVID-19

Presiden menekankan bahwa pertimbangan hasil uji klinis akan menentukan kapan vaksinasi bisa dimulai.

Lebih jauh, sistem distribusi vaksin ke daerah juga menurutnya penting untuk diperhatikan, terutama terkait dengan peralatan pendukung, sumber daya manusia, dan tata kelola vaksinasi.

Presiden juga mengingatkan bahwa meski vaksin telah tersedia di Indonesia, protokol 3M harus tetap dilakukan oleh masyarakat guna mengoptimalkan upaya pencegahan.

Dalam upaya memastikan keamanan dan efektivitas vaksin serta upaya penanganan lain untuk menanggulangi COVID-19, pemerintah telah bekerja dengan sangat keras melalui berbagai upaya.

Oleh karena itu, sudah seyogyanya masyarakat juga meringankan upaya penanganan dengan memberikan dukungan nyata melalui partisipasi aktif di dalam setiap arahan pemerintah dan tetap disiplin menerapkan protokol 3M.

Semoga dengan upaya keras pemerintah dan dukungan semua pihak, Indonesia dapat terbebas dari pandemi COVID-19 dan laju perekonomian juga pulih seperti sedia kala.

Baca juga: Retno sebut Kemenlu terus bergerak dukung ketersediaan vaksin COVID-19
Baca juga: Erick Thohir: Kedatangan vaksin COVID-19 bukti kekuatan gotong-royong
Baca juga: Puan: Pemerintah tingkatkan intensitas sosialisasi vaksin COVID-19


Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020