Variabel kepuasan masyarakat di antaranya didapat dari aktivitas Pemkot
Surabaya (ANTARA) - Lembaga Surabaya Consulting Group (SCG) mengeluarkan hasil surveinya dengan menyebut warga Kota Surabaya, Jawa Timur, merasa puas dengan kinerja Wali Kota Tri Rismaharini dalam menangani pandemi COVID-19.

Peneliti SCG Ryan Baskara di Surabaya, Selasa, mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan SCG pada akhir November 2020 dengan 1.200 responden, disebutkan 68,5 persen warga Surabaya merasa Wali Kota Tri Rismaharini dan jajaran Pemkot Surabaya sudah maksimal dalam penanganan pencegahan dan penyebaran COVID-19 ini.

"Variabel kepuasan masyarakat di antaranya didapat dari aktivitas Pemkot dalam melakukan penyemprotan disinfektan di jalan-jalan mencapai 93,33 persen," katanya.

Baca juga: 14 SMP di Surabaya gelar simulasi sekolah tatap muka

Selain itu, lanjut dia, operasi tidak memakai masker diberikan sanksi juga mendapat respons positif dari masyarakat sebesar 91,00 persen.

Masyarakat juga memberi apresiasi positif 72,33 persen atas kebijakan pembubaran kerumunan swab-hunter yang dilakukan Pemkot Surabaya seperti membubarkan kerumuman di warkop, kafe atau tempat nongkrong lainnya.

Baca juga: Risma minta Warga Surabaya manfaatkan hutan kota di libur akhir tahun

"Mengenai persepsi masyarakat dengan munculnya wabah COVID-19 pada awal 2020 ini, banyak yang mempercayai virus ini muncul karena faktor alam sebanyak 75,83 persen. Namun ada pula masyarakat yang percaya bahwa COVID-19 adalah faktor rekayasa sebesar 24,17 persen," katanya.

Ryan mengatakan pandemi COVID-19 memang belum akan berakhir dalam waktu dekat. Namun polemik pembukaan sekolah sudah mulai dibicarakan masyarakat Kota Pahlawan ini.

Baca juga: Ruangan di RSUA Surabaya penuh akibat meningkatnya pasien COVID-19

"Sebanyak 51,17 persen setuju penutupan sekolah dan 48,83 persen meminta sekolah dibuka," katanya.

Pemerintah Kota Surabaya, lanjut dia, harus mempertimbangkan secara matang untuk memutuskan membuka kembali sekolah karena relatif berimbang aspirasi yang ada.

"Boleh dibilang separuh ingin dibuka dan separuh warga ingin tetap sekolah di rumah saja melalui daring," kata Ryan.

Baca juga: Surabaya antisipasi penurunan disiplin penerapan protokol kesehatan

Tentunya, kata dia, hal ini berbeda dengan keinginan masyarakat atas dibukanya tempat ibadah yang mencapai 94 persen, mungkin pertimbangan responden adalah kepercayaan atas kepatuhan orang dewasa di dalam rumah ibadah untuk patuh protokol lebih tinggi dibanding dengan anak-anak saat di sekolah.

"Sebagian responden tidak yakin anak-anak akan patuh protokol kesehatan saat di sekolah," kata Ryan.

Baca juga: BMKG ingatkan potensi hujan lebat di sebagian wilayah Jatim

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020