Kami berada di area yang sangat jauh [...] tetapi panduan ini muncul atas tiga kelompok motif. Pertama, kesadaran mengenai fakta bahwa titik berat dunia beralih secara bertahap dari Euro-Atlantik ke Indo-PasifikJakarta (ANTARA) - Duta Besar Jerman untuk Indonesia Peter Schoof menyebut bahwa Panduan Kebijakan untuk Kawasan Indo-Pasifik yang diadopsi oleh Pemerintah Jerman diperlukan saat ini demi mempertahankan kondisi geo-ekonomi negara itu di kawasan.
"Kami berada di area yang sangat jauh [...] tetapi panduan ini muncul atas tiga kelompok motif. Pertama, kesadaran mengenai fakta bahwa titik berat dunia beralih secara bertahap dari Euro-Atlantik ke Indo-Pasifik," kata Schoof dalam sebuah webinar, Selasa.
"Dan tentu, kami melihat dinamika baru [...] yaitu pertumbuhan ekonomi yang signifikan di kawasan ini. Sebagai negara ekspor, jelas jika kami ingin mempertahankan dan menjaga model bisnis Jerman, maka penting bagi kami untuk menjadikan diri sebagai negara pemain," ujar dia menambahkan.
Kabinet Jerman mengadopsi Panduan Kebijakan untuk Kawasan Indo-Pasifik pada September 2020, dengan tujuan menciptakan keragaman relasi secara geografis maupun tematik, misalnya berupa perjanjian perdagangan bebas tambahan, demikian dikutip dari situs media Pemerintah Federal Jerman.
Pada 15 November 2020, sepuluh negara ASEAN serta lima negara mitra eksternal di kawasan, yakni Australia, China, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru, mengesahkan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP)--perjanjian dagang bebas tarif terbesar, yang mencakup sekitar 30% perekonomian dunia.
Selain perihal politik internasional dan ekonomi global, Jerman juga mempertimbangkan soal kebangkitan pengaruh China, secara khusus di kawasan dan secara umum di belahan dunia lainnya, termasuk Eropa.
"Tekanan China atas kepentingannya tak hanya dilakukan di negara-negara sekitarnya tetapi juga di negara kami, dengan kepercayaan diri yang meningkat, juga di kawasan benua lain, seperti Amerika Latin dan Afrika," kata Dubes Schoof.
"Perkara yang ketiga adalah perhatian normatif kami bahwa konflik hegemoni antara Amerika Serikat dan China mengarahkan dunia pada antagonisme dan dua kutub yang tajam," demikian Schoof.
Baca juga: UNODC dorong RI kerja sama di luar ASEAN untuk selesaikan TPPO
Baca juga: Dukung sistem kesehatan ASEAN, Uni Eropa umumkan bantuan Rp342 miliar
Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020