Selama pandemi Taman pun dibuka hanya pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat pagi pukul 08.00-09.00 WIB, itupun harus mendaftar
Jakarta (ANTARA) - Sudah genap dua tahun, Renova akhirnya mengumumkan kepada publik bahwa kawasan Bambu Apus telah sepenuhnya siap menjadi habitat baru bagi pengembangbiakan kelinci di Jakarta.

Tak kurang 188 ekor kelinci dari berbagai ras menghuni taman seluas 2 hektare di Kantor Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan (Pusyankeswanak) Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Peternakan (KPKP) DKI Jakarta, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.

Pola reproduksi kelinci yang meningkat hampir dua kali lipat di masa pandemi COVID-19 membuat perempuan bernama lengkap Renova Ida Siahaan itu terkejut sekaligus antusias.

Alasannya, habitat kelinci biasanya identik dengan kawasan sejuk dan dingin, seperti di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Ciwidey Kabupaten Bandung dan Malang Jawa Timur. Namun ternyata bisa beradaptasi dengan suhu yang relatif panas di Jakarta.

Baca juga: Balitbangtan terus kembangkan bibit unggul kelinci

"Kelinci jadi unik di Jakarta, kalau biasanya dia hidup di kawasan dingin bersuhu 15-23 derajat celsius, ini di Jakarta bisa hidup, bahkan bereproduksi. Artinya mereka sudah adaptasi dengan suhu di Jakarta yang relatif panas," kata perempuan bergelar Dokter Hewan itu.

Renova saat ini mengemban tanggung jawab sebagai Kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan (Pusyankeswanak) Dinas KPKP DKI Jakarta.

Gelarnya sebagai dokter hewan mendorong Renova menginisiasi pembuatan Taman Kelinci yang bergulir sejak 2018. Awalnya sebanyak 100 ekor kelinci dibeli dari kawasan Bogor, Jawa Barat.

Jenisnya beragam, ada 'flemish giant' yang merupakan kelinci bertubuh besar, jenis 'rex' dengan tampilan bulu cantik dan halus. Newzeland White yang identik dengan corak putih bersih.

Ada juga kelinci satin yang berasal dari Amerika Serikat berjenis kelinci hias dan pedaging. Terakhir adalah kelinci berjenis rex yang berbulu tipis dan lembut.

"Kelinci ini semuanya berkategori pedaging, namun bisa menjadi kelinci kesayangan. Makanya badannya besar-besar, semua," kata Renova.

Adaptasi
Pengelola Taman Kelinci Bambu Apus menyebut kawanan kelinci yang mereka rawat dengan sebutan 'Kelinci Betawi' berkat kemampuan bertahan hidup pada suhu di timur Jakarta yang bisa mencapai 30 derajat celsius lebih.

Kemampuan bertahan kelinci pada cuaca yang relatif lebih tinggi dibandingkan dari daerah asal di Bogor, Jawa Barat tidak lepas dari kepiawaian seorang peternak kelinci bernama Kobar (50).

Bagi Kobar merawat kelinci tidak hanya cukup dengan keterampilan dan pengetahuan luas tentang hewan herbivora itu.

"Yang terpenting harus punya hati saat merawat kelinci," katanya.

Baca juga: Ekspor kelinci hias melalui Karantina Pertanian Soetta naik 73 persen

Terdapat tiga unit kandang kelinci di lokasi itu. Satu lokasi di bagian depan sebagai area pertunjukan dan dua kandang utama berada di bagian belakang kebun.

Setiap kandang didesain sederhana menggunakan kerangka kayu dan jaring agar sirkulasi udara bersifat terbuka.

Pengecekan suhu kandang dilakukan secara rutin untuk memastikan suhu ideal bagi kelinci rata-rata berkisar 20-30 derajat celsius.

Sekitar kandang dikelilingi pepohonan hijau dari jenis bambu hingga tanaman produktif untuk menjaga udara tetap adem.

"Kalau banyak pepohonan, mereka bisa terlindungi. yang terpenting harus bersih, tidak harus steril yang penting tidak kumuh," katanya.

Kobar juga mendesain kandang dengan tinggi berkisar 1-2 meter dari atas tanah yang dilengkapi dengan talang pembuangan urine kelinci.

Talang tersebut dibuat menurun mengarah ke drum penampungan air urine. Kotoran tersebut dikelola menjadi pupuk organik cair yang berfungsi untuk menghijaukan taman.

Kobar bisa menghasilkan pupuk organik cair dari 50-100 gram urine kelinci per hari, urine tersebut digunakan untuk menghijaukan tumbuh-tumbuhan di taman, termasuk pakan utama kelinci yang bersumber dari rumput jenis odot.

Rumput tersebut menjadi salah satu pakan hijauan ternak berprotein tinggi, yang sangat berpengaruh dalam proses penggemukan ternak.

Sekilas rumput ini terlihat seperti rumput gajah, hal ini dikarenakan rumput odot masih satu kerabat dengan rumput gajah.

"Secara pembiayaan tidak terlalu mahal, karena pakannya semua swasembada. Rumput juga hasil kotoran dia. Urinenya kita jadikan pupuk NPK sebab kandungan nitrogennya tinggi, bagus buat daun. Rumput odot di sini subur karena urinenya kelinci itu," katanya.

Dalam perjalanan merawat kelinci, kata Kobar, tidak seluruhnya berjalan mulus. Ada pula kelinci yang mati karena tidak sanggup bertahan dengan cuaca panas di Jakarta.

Justru asupan pakan berupa rumput, sayuran jenis wortel, daun kol dan kangkung, serta pelet sebagai vitamin mampu membuat mereka bertahan hidup.

Dalam waktu 3 hingga 4 bulan, kelinci harus bisa memenuhi berat tubuh minimal 1,5 kilogram. Dalam sehari seekor kelinci sanggup menghabiskan 50-100 gram makanan.

Baca juga: Samarinda canangkan "Rabbit Day" 2015

"Kalau kelinci jenis pedaging memang harus segitu. Tapi kita jadikan dia untuk bermain aja bukan untuk dijual dagingnya," kata Kobar.

Kobar juga menyampaikan sejumlah pantangan pakan bagi kelinci, di antaranya kangkung atau sawi putih, sebab bisa memicu asam lambung yang tinggi bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.

Selain itu vitamin yang diberikan pun berasal tanaman herbal seperti kunyit serta garam yang dicampur ke dalam botol minuman kelinci. "Fungsinya untuk menambah kekebalan tubuh dan asupan cairan jangan sampai dehidrasi," katanya.

Wisata edukasi
Renova sama sekali tidak menyangka bila kelinci peliharaannya memiliki potensi yang signifikan untuk memperkenalkan Bambu Apus sebagai destinasi wisata edukasi kelinci kepada masyarakat umum.

Berawal dari rasa kasihan karena kelinci hidup di dalam kandang, Renova pun melepas mereka di area taman.

"Saat saya olahraga, saya lihat kok mereka lucu-lucu bisa lompat-lompatan di taman. Sehingga saya pun sekarang rutin berolahraga bersama kelinci," katanya.

Pengelola Taman Kelinci mencatat tingkat reproduksi selama masa pandemi COVID-19 justru bergerak sangat cepat. Sekitar 2 bulan sekali beberapa ekor kelinci beranak.

Dalam satu tahun, seekor kelinci mampu beranak empat sampai sepuluh kali. "Kalau mau digenjot bisa empat sampai sepuluh kali beranak. Tapi kasihan induknya. Kita buat interval," kata Renova.

Melihat potensi itu, Renova pun mulai melatih kelinci untuk keperluan pertunjukkan pada area kandang yang disiapkan di bagian depan taman.

Menurut Renova kelinci adalah hewan yang bisa dilatih keterampilan. Salah satunya saat mereka dilatih berdiri saat ada orang yang mengarahkan kamera ponsel ke wajah kelinci.

Pelatihan atraksi kelinci dimulai sejak Oktober 2020 dan dirangkai promosi melalui media sosial.

Di tempat ini, pengunjung bisa berinteraksi dengan kelinci, mulai dari menggendong hingga memberi makan.
 
Pengunjung mengamati kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus, Cipayung, Jakarta, Jumat (27/11/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz



Bahkan pengunjung juga bisa membawa pulang pupuk organik cair dari urine kelinci untuk program Go Farm yang dicanangkan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Saat ini tidak kurang dari 77 botol berisi pupuk organik cair tersedia di pintu masuk taman. Pupuk tersebut bisa dibawa pulang pengunjung.

"Estimasi per hari urine-nya kalau tidak salah 7-10 liter per hari dari seluruh kelinci. Air urine ini kita aerasi selama 21 hari sebelum dikemas ke dalam botol," katanya.

Pandemi COVID-19
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta membuat pengelola Taman Kelinci terpaksa membatasi jumlah wisatawan yang berkunjung.

Taman pun dibuka hanya pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat pagi pukul 08.00-09.00 WIB.

Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pengelola Taman Kelinci telah memiliki kewenangan untuk memberikan tarif masuk wisatawan sesuai dengan Pergub Nomor 64 Tahun 2017 tentang tarif BLUD pada parameter edukasi wisata.

Tarif yang ditetapkan seharga Rp5.000 untuk sekali masuk dan Rp5.000 untuk pakan kelinci. Tapi selama pandemi, wisatawan bisa masuk secara gratis.
 
Perawat satwa memberi pakan kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus, Cipayung, Jakarta, Jumat (27/11/2020). Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta membuka Taman Kelinci Bampu Apus dengan jumlah kelinci sebanyak 188 ekor yang dapat kunjungi oleh warga secara gratis dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.


"Maksimum jumlah pengunjung rombongan sebanyak sepuluh orang, itu pun harus daftar dulu lewat website," kata salah seorang wisatawan Adjie (49).

Warga Kampung Rambutan, Jakarta Timur itu datang bersama putrinya setelah mendaftar via https://bit.ly/3p7q6C4.

Adjie bersama anaknya bisa berinteraksi secara langsung dengan kelinci-kelinci yang lucu dipandu oleh perawat ternak yang terlatih.

"Kita bisa memberi makan, bermain-main dengan kelinci dan berfoto dengan nuansa instragramble. Kelincinya juga sehat dan lincah," katanya.

Menurut ayah dari empat anak itu, berinteraksi dengan kelinci tidak hanya sebagai pelepas kepenatan dari rutinitas kerja, tapi yang utama adalah mengajarkan anak tentang rasa tanggung jawab, kasih sayang serta keterampilan beternak.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020