Yogyakarta (ANTARA News) - Penderita diabetes melitus di Indonesia sejak 2000 mengalami peningkatan dan pada 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang, kata pakar ilmu kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr Yunani Setyandrian.

"Pada 2000 jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta orang. Jumlah itu terus meningkat dan pada 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, hal itu menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia yang kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.

"Diabetes melitus atau kencing manis merupakan penyakit gula yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin," katanya.

Ia mengatakan, diabetes melitus menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru, dan infeksi kaki.

Selain menyebabkan infeksi, diabetes melitus juga bisa menyebabkan kelainan yang terjadi pada pembuluh darah retina dan bisa berakhir dengan kebutaan bagi penderitanya.

"Kebutaan akibat diabetes melitus disebut retinopati diabetik. Kebutaan terjadi pada sekitar 60 persen penderita diabetes atau diabetisi yang berumur di atas 15 tahun," katanya.

Menurut dia, retinopati diabetik muncul karena adanya kebocoran atau sumbatan pembuluh darah halus di retina dan dapat menyebabkan pembentukan pembuluh darah yang rapuh.

"Namun, pembuluh darah rapuh itu sebenarnya bisa dicegah dengan suntikan anti-VEGF ke dalam bola mata," kata dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.

Ia mengatakan, retinopati diabetik pada stadium awal biasanya tidak bergejala sehingga sering penderita tidak menyadari. Akibatnya, sebagian penderita sering datang terlambat, hingga kebutaan kadang tidak bisa dihindarkan.

"Sebenarnya kebutaan akibat retinopati diabetik bisa dicegah melalui fotokoagulasi laser yang tepat waktu. Oleh karena itu, para penderita diabetes melitus sebaiknya memeriksakan matanya lebih awal," katanya.(*)
(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010