Siapa pun Ketua Umum PPP yang terpilih nantinya harus kuat dalam menunjukkan identitas kepartaiannya.
Banjarnegara (ANTARA) - Momentum Muktamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan digelar mulai 18 hingga 21 Desember 2020 menjadi penentuan nasib partai berlambang kakbah itu pada Pemilu 2024, kata Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Tanbihul Ghofilin Banjarnegara Abas Zahrotin.

"Dari kajian akademik, saya melihat muktamar ini sebagai penentu nasib PPP apakah terlempar dari DPR RI atau bertahan di sana pada Pemilu 2024. Sekarang berada nyaris degradasi, penentuannya, ya, pada muktamar besok ini," kata Abas Zahrotin dalam acara diskusi secara daring di Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat.

Abas Zahrotin mengatakan bahwa ketua umum terpilih dalam muktamar tersebut harus mampu membawa PPP menjauhi zona degradasi berbalut ambang batas parlemen (parliamentary threshold).

Menurut dia, nasib PPP pada Pemilu 2019 masih selamat. Namun, berada pada zona nyaris lenyap di parlemen tingkat nasional.

Baca juga: PAN: Ambang batas parlemen 4 persen efektif untuk Pemilu 2024

Akan tetapi, pada Pemilu 2024 peluang PPP untuk mengembalikan kekuatan politiknya, menurut dia, memiliki kekuatan imbang dengan kemungkinannya untuk jatuh.

Oleh karena itu, lanjut dia, tokoh yang terpilih sebagai Ketua Umum PPP dinilai lebih menjadi penentu ketimbang produk kebijakan yang dihasilkan di muktamar.

"Yang jelas, siapa ketua umumnya itu yang berpengaruh, bukan produk kebijakannya. Soal ketua umumnya itu siapa yang paling islami maka dia akan lebih bisa menyelamatkan partai," kata mahasiswa Program S-3 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tengah melakukan penelitian itu.

Ia menegaskan bahwa PPP adalah partai Islam namun dalam pencitraan keislamannya masih lemah. Selain itu, PPP dinilai selama ini tidak terlalu percaya diri dan menjalankan asas keislaman partai.

Dengan demikian, kata dia, siapa pun ketua umum yang terpilih nantinya harus kuat dalam menunjukkan identitas kepartaiannya.

"Ada dua kandidat, Pak Suharso (Suharso Monoarfa, red.) dan Pak Yasin (Taj Yasin Maimoen, red.), keduanya orang hebat. Seandainya partai ini perusahaan dan saya pemiliknya, secara pribadi saya akan memilih Pak Yasin karena nasab keislamannya yang kuat," kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Badan Pengurus Cabang Kabupaten Temanggung itu menegaskan.

Baca juga: F-PKS usulkan ambang batas parlemen 5 persen

Peneliti lainnya, Hasan Basori, mengatakan bahwa PPP adalah partai yang di dalamnya terdapat banyak organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam sehingga harus mampu mengayomi semua ormas yang ada agar makin besar.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas yang memiliki kontribusi besar di PPP, kata Hasan Basori, tidak boleh diabaikan keberadaannya.

"Mau tidak mau, Gus Yasin (Taj Yasin Maimoen, red.) adalah representasi dari NU, dan itu memiliki kans besar untuk menyelamatkan partai," kata alumnus Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.

Ia mengatakan modal terbesar lain dari Taj Yasin Maimoen selain dari nasabnya adalah muda.

Menurut dia, Taj Yasin dinilai akan mampu memperkuat kader muda dalam partai serta konstituen partai kalangan muda secara lebih masif.

"PPP harus membuka mata bahwa pemilih muda adalah salah satu kans terbesar di Pemilu 2024, dan Gus Yasin adalah momentum itu," katanya.

Nilai lain dari sisi kepemudaan, kata dia, Taj Yasin dinilai sosok tepat yang mampu menjembatani tokoh muda dan tokoh tua.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020