Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengemukakan penerapan "scientific politic" merupakan kunci bagi Partai Golkar dalam memenangkan calon pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun ini.

"(Scientific politic) Itu menjadi hal yang niscaya dalam konteks politik modern. Kalau bahasa, 'winning the mind and heart of the people'. Memenangkan pikiran dan perasaan pemilih," ujar Hamdi dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (11/12) malam.

Menurut Hamdi, politisi dan partai politik di negara maju sekalipun menggunakan konsultan dalam membangun konsep pemenangan hati, pikiran dan perasaan masyarakat.

Awalnya, kata dia, yang dilakukan, yakni menghitung peluang dengan melakukan survei terhadap isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat.

"Survei itu tiga saja; popularitas, kesukaan, elektabilitas, baru diatur strategi. Kalau itu tidak dilakukan, terus ada satu kandidat melakukan ya tingkat kemenangannya lebih besar," katanya.

Ia juga membeberkan beberapa "resep" kemenangan, yakni pertama, pastikan calonnya memiliki popularitas, tingkat kesukaan dan elektabilitas.

"Tahap berikutnya 'marketing' politik tadi itu menentukan. Ketiga, tentu kerja gerilyawan partai. Kombinasi ketiga itu yang penting," ujarnya.

Baca juga: Golkar bertekad usung Airlangga Hartarto sebagai Capres 2024
Baca juga: DPP: Golkar lahir sebagai kekuatan untuk lawan PKI


Sebelumnya, Partai Golkar memantapkan diri sebagai partai yang meraih kemenangan paling banyak dalam Pilkada 2020 karena kandidat yang diusung memenangi 165 daerah dari 270 daerah yang melaksanakan pilkada.

Bahkan, di tingkat provinsi, kandidat yang diusung Partai Golkar memenangi 6 dari 9 daerah yang melaksanakan pilkada.

"Target Partai Golkar menang di 60 persen daerah atau sekitar 162 daerah. Tapi, berdasarkan hasil hitung cepat di berbagai daerah, Golkar dapat memastikan kemenangan di 165 daerah. Ini artinya target terlampaui," ujar Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Keberhasilan itu diakuinya karena Golkar menerapkan "scientific politic" dalam penentuan calon yang diusung.

Mesin Partai Golkar bisa bergerak optimal karena calon-calon yang diusung memang diterima oleh pemilih. Selain itu, selalu ada survei untuk menentukan calon.

"Juga selalu ada survei-survei berikutnya untuk mengevaluasi kampanye dan gerakan mesin partai di bawah. Belajar dari pengalaman Pilkada 2020 ini, Partai Golkar harus kita besarkan dengan 'scientific politic' dan 'organized politic'," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020