Jakarta (ANTARA) - Perayaan tahun baru biasanya menjadi acara istimewa hotel-hotel yang ingin memanjakan para tamu dalam menyambut pergantian tahun agar terasa lebih berkesan. Orang akan berkumpul, merayakan detik-detik pergantian tahun beramai-ramai dengan terompet dan kembang api yang menghiasi langit.

Namun kali ini akomodasi di pulau Bali dan Lombok akan memilih perayaan yang lebih bersahaja di tengah kondisi pandemi COVID-19, apalagi pembatasan kapasitas masih diterapkan untuk menekan risiko penyebaran virus corona.

"Sekarang temanya Miracle 2021, kalau dulu kita buat party, sekarang gala dinner saja, sesuai tema kami berharap ada keajaiban pada 2021," kata General Manager Holiday Resort Lombok I Ketut M. Jaya Kusuma kepada ANTARA awal pekan ini.

Dia menjamin tidak akan membuat acara yang mengundang kerumunan karena jumlah tamu maksimal akan dibatasi hingga setengahnya.

Baca juga: Pergeseran karakteristik turis di Bali, pasangan bulan madu berkurang

Baca juga: Lika-liku perjuangan pelaku wisata di Bali dan NTT di tengah COVID-19


Sebagai ganti pesta meriah, perayaan tahun baru akan dilakukan dengan makan malam dengan hidangan yang lezat. Kembang api yang identik dengan perayaan tahun baru belum tentu akan jadi bagian dari acara karena pihaknya harus mendapatkan izin dari yang berwenang.

"Nanti akan diajukan, kalau memungkinkan iya, tapi tidak akan sampai membuat orang berkerumun," dia memastikan.

Wisatawan domestik, baik mereka yang menetap di Lombok atau dari pulau lain, adalah sumber pemasukan yang diandalkan olehnya tahun ini. Jaya berharap tahun depan kondisi akan lebih baik sehingga masyarakat berani untuk berlibur. Dia juga ingin program promosi yang digalakkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa berjalan agar semakin banyak tamu berdatangan kelak.

"Sehingga bisa menghidupkan hotel, bisa menutupi biaya operasional," ujar dia, ditemui di area restoran yang sepi.

Akomodasi di Gianyar, Bali juga menerapkan hal serupa. General Manager Sanctoo Suites & Villas Subali Adi Putra menuturkan perayaan menyambut 2021 akan jauh dari gegap gempita.

"Tidak akan seperti tahun lalu yang besar," kata Adi kepada ANTARA pekan lalu.

Menjelang 2021, yang bisa menikmati perayaan di sana khusus tamu yang menginap sehingga mereka tidak akan berjejalan dengan orang-orang lain. Acara hiburan serta makan malam istimewa sudah mereka siapkan dengan memastikan jumlah orang yang datang sesuai dengan kapasitas aman.

"Kami ingin meyakinkan tamu yang menginap untuk menikmati malam pergantian tahun baru dengan aman," ujar dia.

Baca juga: Teknologi digital solusi pemulihan pariwisata

Kali ini, kesehatan dan keamanan menjadi prioritas utama sehingga mereka memastikan tidak akan ada kerumunan yang terjadi akibat terlalu banyak orang.

"Kami tidak ingin menang sendiri, banyak tamu dan revenue tapi buat tamu tidak nyaman," lanjut dia.

Seluruh protokol kesehatan yang sudah diterapkan selama pandemi akan tetap diperhatikan saat perayaan tahun baru, termasuk memakai masker, rutin mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang lain.

Di hotel Melia Bali yang terletak di Nusa Dua, perayaan tahun baru dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Acara-acara dilakukan di berbagai tempat agar tamu bisa tersebar, baik itu di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Resident Manager Melia Bali Edouard Gavalda menuturkan, para tamu bisa memilih tempat sesuai preferensi mereka, tapi semuanya harus tetap menaati protokol kesehatan. Tamu diwajibkan memakai masker, diperiksa suhu tubuh setiap akan memasuki ruangan, juga rutin diminta membersihkan tangan.

"Tidak mudah meminta tamu melakukan itu tapi kami sudah melakukan banyak pelatihan dan masih harus belajar lagi dalam beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan," kata Edouard.

Bulan ini, pemerintah menetapkan untuk mengurangi libur cuti bersama pada akhir tahun yang tadinya enam hari hanya menjadi tiga hari.

Baca juga: Dana hibah jadi tambahan "energi" untuk pelaku wisata Lombok Barat

Baca juga: Bali Zoo kembali bangkit di tengah pandemi COVID-19


Pada hari libur nasional reguler yang sudah terjadwal pada kalender 2020, tanggal 24 dan 25 Desember, yaitu Kamis dan Jumat tercatat sebagai hari libur nasional, ditambah pada 26 dan 27 Desember merupakan hari libur akhir pekan, Sabtu dan Minggu.

Berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Agama, dan Menteri Ketenagakerjaan yang diputuskan pada April lalu, seharusnya pada 28-31 Desember, yaitu Senin hingga Kamis merupakan libur cuti bersama pengganti cuti bersama Lebaran 2020.

Namun, berdasarkan keputusan yang baru, libur pengganti cuti bersama Lebaran 2020 hanya pada 31 Desember dilanjutkan dengan hari libur nasional 1 Januari 2021, yaitu Kamis dan Jumat.

Menurut Edouard, pengurangan hari cuti bersama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pemesanan kamar.

"Dampaknya tidak terlalu besar," katanya, menambahkan saat ini banyak tamu dari pulau Bali yang sudah berkali-kali menginap di sana pada akhir pekan, juga tamu dari luar kota semakin bertambah seiring pertumbuhan jumlah penumpang yang keluar masuk Pulau Bali melalui bandara I Gusti Ngurah Rai.

Dalam upaya memulihkan perputaran roda ekonomi nasional di sektor pariwisata, Kementrian Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjalankan kampanye #DiIndonesiaAja untuk meningkatkan kembali kepercayaan turis terhadap pariwisata, dan mengajak para pemangku kepentingan industri pariwisata nasional untuk meningkatkan kebijakan dan kedisiplinan safe travel, yang menekankan kesehatan dan keamanan wisatawan menjadi prioritas utama.

Protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan (Clean, Healthy, Safety, Environment/CHSE) di hotel, area fasilitas umum, transportasi serta destinasi wisata harus betul-betul berjalan.
 

Baca juga: Jepang habiskan 3,7 miliar dolar AS untuk dukung kampanye perjalanan

Baca juga: Yang harus disiapkan sebelum naik pesawat di masa pandemi

Baca juga: Sauna sendirian, hiburan baru di Tokyo yang populer kala pandemi

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020