Solo (ANTARA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan bakal membangun sebuah Laboratorium Doping untuk para atlet di Rumah Sakit Ortopedi Soeharso Surakarta, Jawa Tengah.

Rencana pembangunan Laboratoium Doping di RSO Soeharso Surakarta merupakan sejarah baru Indonesia karena segera mempunyai laboratorium selain bisa untuk digunakan sendiri, juga untuk negara-negara lain mengirimkan sampelnya ke Indonesia, kata Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, saat meninjau RSO Soeharso Surakarta, Jumat.

Menpora dalam kesempatan tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Kesehatan dan jajarannya yang sudah mau memberikan uluran tangan membantu Kemenpora yang sedang mencari dimana tempat yang cocok, dan ditunjukkan di RSO Soeharso Surakarta ini.

Menpora mengatakan rencana pembangunan Laboratorium Doping tersebut berawal ada pembicara virtual dengan Presiden "World Anti-Doping Agency" (WADA). Jika di Indonesia organisasi ini, namanya Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI).

"Kami menyampaikan ada keinginan membangun laboratorium doping. Hal ini, dari pada Indonesia setiap ada kegiatan mengirimkan sampel ke luar negeri. Indonesia sebagai negara besar kenapa tidak membuat sendiri laboratorium doping yang sering dibutuhkan setiap ada even olahraga," kata Menpora.

Baca juga: Kemenpora siap bangun laboratorium anti doping di Indonesia

Kemenpora kemudian ada rencana membuat laboratorium doping sendiri. Kemenkes kemudian menunjuk Solo yang memiliki sejarah PON pertama digelar. RSO ini kemudian dipilih oleh Kemenkes dan yang terpenting nanti ada pengakuan dari WADA atau internasional.

Menpora kemudian menyempatkan diri untuk meninjau langsung lokasi di RSO Soeharso Surakarta ini, karena semangat Menkes memberikan tempat kepada Kemenpora untuk kepentingan olahraga sangat luar biasa dan pihaknya mengapresiasi.

"Apa yang dilakukan Menkes merupakan sejarah baru buat bangsa ini, Indonesia akan segera mempunyai laboratorium doping yang diharapkan menjadi rujukan bagi negara-negara lain. Minimal di negara Asia Pasifik," kata Menpora.

Padahal, kata Menpora, untuk sampel laboratorium doping banyak kegiatan olahraga baik nasional, regional maupun dunia yang dilakukan di Indonesia. Sekarang saja masih terhenti karena masih pandemi COVID-19.

Namun, keberadaan laboratorium doping ke depan pasti akan sangat dibutuhkan dan akhirnya akan membalik cerita yang tadinya Indonesia mengirim sampel ke luar negeri, nanti negara ini, yang akan didatangi oleh negara lain. Hal ini harapannya, dan pasti akan banyak jangkauan terutama negara-negara Asia Pasifik yang akan masuk ke Indonesia.

"Kami berharap rencana pembangunan laboratorium doping segera direalisasikan, dan legalisasi atau sertifikasinya segera dimintakan dari WADA," kata Menpora.

Baca juga: Urine 473 atlet PON diperiksa di India

Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan dr. Rita Rohayah mengatakan rencana pembangunan tempat kaboratorium doping untuk para atlet sangat penting karena banyak event-event baik nasional maupun internasional.

Dengan dibangunnya laboratorium doping ini, Indonesia tidak lagi harus mengirimkan sampel-sampel ke luar negeri, karena sudah memiliki sendiri, di RSO Soeharso Surakarta dengan lahan seluas 700 meter persegi.

Rita mengatakan kenapa memilih RSO Soeharso Surakarta karena ada sejarah PON pertama digelar di Solo, sehingga labolatorium doping tepatnya di Surakarta. RSO di Solo sangat cocok apa yang diinginkan Menpora dan Menkes.

"Kemenkes dan Kemenpora rencana pembangunan laboratorium 
​​​doping ini, sebenarnya sudah melakukan koordinasi sejak 2019, dan tertunda karena pandemi. Kemenkes menyiapkan tempat di RSO Soeharso Surakarta. Pembangunan akan dilakukan bertahap ada segera disiapkan pada 2021 mendatang," kata Rita yang didampingi Direktur RSO Soeharso Surakarta, Dr dr. Pamudji Utomo. 

Baca juga: Indonesia Siap Bangun Laboratorium Anti Doping
 

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020