New York (ANTARA) - Minyak ditutup di level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mencatat kenaikan tujuh minggu berturut-turut ditopang harapan membaiknya permintaan bahan bakar minyak ketika investor fokus pada peluncuran vaksin COVID-19 dan penurunan dolar AS pekan ini.

Patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 76 sen atau 1,5 persen, menjadi menetap di 52,26 dolar AS per barel setelah menyentuh 52,48 dolar AS, level tertinggi sejak Maret.

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 74 sen atau 1,5 persen menjadi 49,10 dolar AS, setelah mencapai 49,28 dolar AS, tingkat tertinggi sejak Februari.

Untuk minggu ini, WTI melonjak 5,4 persen, sementara Brent naik 4,6 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Pfizer telah mengajukan permohonan persetujuan di Jepang untuk vaksinnya, yang digunakan di Inggris Raya dan Amerika Serikat. Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan persetujuan AS untuk suntikan Moderna bisa datang pada Jumat (18/12/2020).

Dolar AS rebound sedikit pada Jumat (18/12/2020) tetapi tetap di dekat posisi terendah 2,5 tahun yang dicapai sehari sebelumnya. Dolar yang lemah membuat minyak dan komoditas lainnya lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Anggota parlemen AS bekerja lembur untuk memenuhi tenggat waktu menyepakati bantuan baru senilai 900 miliar dolar AS bagi ekonomi yang dilanda pandemi, tetapi mungkin malah meloloskan RUU pengeluaran sementara untuk mencegah pemerintah tutup pada tengah malam.

Penurunan mingguan dolar "adalah pergerakan turun yang signifikan dan mendorong kompleks minyak lebih tinggi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Minyak mendapat dukungan minggu ini dari data pasokan mingguan AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah turun lebih dari yang diperkirakan.

Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi di masa depan, naik delapan rig menjadi 346 rig dalam seminggu hingga 18 Desember, tertinggi sejak Mei, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam laporannya pada Jumat (18/12/2020).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mendukung pasar dengan memperlambat laju peningkatan pasokan yang direncanakan tahun depan.

OPEC+ berencana menambah pasokan 500.000 barel per hari pada Januari dan akan menggelar pertemuan pada awal Januari untuk memutuskan langkah selanjutnya.

Baca juga: Minyak naik, sentuh tertinggi 9 bulan didorong kemajuan stimulus AS
Baca juga: Minyak naik setelah persediaan AS turun, Brent berakhir di 51,08 dolar
Baca juga: Harga minyak naik ketika investor fokus terhadap peluncuran vaksin

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020