bisa memperkecil potensi-potensi manipulasi yang mungkin terjadi
Jakarta (ANTARA) - Badan dan Akreditasi Nasional- Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) melakukan transformasi sistem akreditasi melalui sistem baru yang responsif terhadap digitalisasi dan pandemi yang masih melanda bangsa.

“Dengan sistem dashboard monitoring secara otomatis akan memberi notifikasi jika ada sekolah atau madrasah yang kualitasnya menurun dengan sistem peringatan terkomputerisasi,” ujar Ketua BAN-S/M, Dr Toni Toharudin, dalam taklimat media di Jakarta, Selasa.

Kalau kualitas dan kinerja sekolah/madrasah menurun, maka dia akan menjadi target akreditasi. Tapi, kalau sekolahnya status quo dan yang bersangkutan tidak ada keinginan menaikkan status akreditasi, maka sertifikat akreditasi di status yang sama akan terbarukan secara otomatis. Ini istilahnya otomasi akreditasi, tambahnya.

Dashboard monitoring dari otomasi akreditasi, membantu BAN/S-M mengelola proses akreditasi satuan pendidikan dengan lebih rapi dan praktis, sehingga kalau ada indikasi penurunan, asesor dapat melakukan visitasi manual agar efektif dan efisien.

Toni menjelaskan tiga sasaran akreditasi, yaitu adanya indikasi penurunan kinerja menurut dashboard, sekolah/ madrasah ingin meningkatkan status akreditasi, dan laporan masyarakat yang terverifikasi. Namun, karena dashboard mendapatkan data berjenis sekunder yang berasal dari basis data kementerian yang terintegrasi, dashboard baru akan efektif jika data memiliki integritas.

Data yang dimaksud adalah Data Pokok Pendidikan (Dapodik) milik Kemendikbud, Education Management Information System (Emis) milik Kementerian Agama, serta data Asesmen Kompetensi Minimal, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar yang terpadu dalam Asesmen Nasional.

Baca juga: BAN-S/M akreditasi sebanyak 5.018 sekolah pada 2020

Baca juga: BAN PT: 3 instrumen sulitkan perguruan tinggi dapatkan akreditasi A


Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Doni Koesoema mengapresiasi upaya reformasi BAN-S/M yang menekankan peningkatan kepatuhan dan kinerja, terutama sistem triangulasi data yang diusung BAN-S/M.

“Adanya triangulasi antara Dapodik dan Emis, data yang diisi sekolah sebagai asesmen mandiri, dan adanya verifikasi tim asesor lewat angket, wawancara, observasi, dan telaah dokumen, ini sangat bagus, karena persoalan kita adalah integritas. Mungkin karena data kita masif, jadi data ini tidak presisi atau tidak jujur diisi sekolah,” ungkap Doni.

Doni mengungkapkan, ada kecenderungan mekanisme data yang ada di sekolah digunakan sesuai kepentingan. “Misalnya, untuk kepentingan bantuan pemerintah, nanti data-data dijelek-jelekkan. Lalu untuk penilaian akreditasi, data dibaik-baikkan. Ini persoalan mentalitas, bukan salah instrumennya,” tegasnya.

Ia meyakini, mentalitas para pengelola data di satuan pendidikan perlu dibenahi. Menurutnya, jika ada individu yang tidak berintegritas, tapi sistemnya baik, maka akan menutup kemungkinan bagi oknum-oknum tertentu untuk berbuat tidak jujur atau memanipulasi.

“Dengan sistem akreditasi yang baik, dengan model triangulasi BAN-S/M ini, bisa memperkecil potensi-potensi manipulasi yang mungkin terjadi,” tambahnya.

Anggota BAN-S/M, Ithe Chodijah, mengatakan pihaknya juga terus berupaya meningkatkan kemampuan para asesor yang dimiliki.

“Kita evaluasi ulang dengan memberikan uji kompetensi yg berupa uji kompetensi mengenai akareditas, uji kompetensi mengenai yg lainnya dalam hal integritas, kepribadian, dan daya nalar,” terang Itje.

Itje mengakui jumlah asesor pun harus ditingkatkan. Dengan demikian, selain kualitas maka kuantitas asesor juga perlu ditingkatkan.

Baca juga: UMSU raih Akreditasi A dari BAN PT

Baca juga: BAN SM : 90,9 persen sekolah terakreditasi A dan B

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020