Turnamen internal

Setelah All England 2020, pandemi COVID-19 di berbagai belahan dunia semakin buruk saja sampai kemudian mendorong Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menempuh langkah mengisolasi para pemain di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, agar tak tertular penyakit itu.

Keputusan PBSI itu cukup efektif. Selama Pelatnas, kesehatan para atlet bisa dengan mudah dipantau. Mereka diwajibkan menjalani tes usap (swab test) secara berkala guna memastikan tak ada pemain yang terpapar COVID-19.

Akan tetapi, terlalu lama berada di pelatnas ternyata membuat atlet jenuh, apalagi melakukan aktivitas yang itu-itu saja dan terus berulang setiap hari, yakni makan, istirahat dan berolahraga ringan.  Mereka pun mulai merindukan turnamen.

Melihat hal ini, PBSI berinisiatif menggelar turnamen internal yang hanya diikuti oleh pemain pelatnas. Meskipun skalanya kecil, turnamen itu menyuguhkan atmosfer serupa pertandingan besar, lengkap dengan wasit, hakim servis, hakim garis dan hadiah untuk para pemenang.

Bedanya, turnamen ini tidak dihadiri penonton. Masyarakat bisa menyaksikan pertandingan secara daring (online) melalui aplikasi dalam ponsel pintar.

Ajang bertajuk PBSI Home Tournament di Pelatnas Cipayung mulai 24 Juni sampai 24 Juli 2020 itu memainkan lima sektor berbeda. Masing-masing sektor dipertandingkan setiap pekan selama tiga hari, yaitu Rabu, Kamis dan Jumat.

Turnamen itu dibuka dengan pertandingan ganda putra, dilanjutkan  ganda campuran, tunggal putra, ganda putri dan ditutup laga tunggal putri.

Fajar Alfian/Yeremia Erich Yoche Rambitan menjuarai ganda putra, ganda campuran untuk Praveen/Melati, tunggal putra direbut Anthony Ginting, ganda putri menjadi milik Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, dan gelar juara tunggal putri dikalungkan kepada Gregoria Mariska Tunjung.

Baca juga: Terlibat pengaturan skor, pebulu tangkis Khakimov diskors lima tahun

Melihat sukses penyelenggaraan Home Tournament, PBSI kemudian kembali berinisiatif menggelar turnamen serupa, namun kali ini menggunakan format Piala Thomas dan Uber.

Berbeda dari Home Tournament yang digelar dengan tujuan mengasah keterampilan sekaligus mengobati kerinduan pemain kepada turnamen, Simulasi Piala Thomas dan Uber diadakan sebagai persiapan sebelum menghadapi turnamen bergengsi itu.

Simulasi Piala Thomas berlangsung 1-3 September 2020, sedangkan simulasi Piala Uber pada 8-10 September 2020. Keduanya digelar di Pelatnas Cipayung dan tanpa penonton.

Tim Thomas dan tim Uber masing-masing dibagi ke dalam empat grup. Dalam satu grup, ada tujuh pemain yang terdiri dari tiga pemain tunggal dan dua pasang pemain ganda. Tim dengan jumlah kemenangan terbanyak adalah juaranya.

Tim Harimau menjuarai simulasi Piala Thomas. Tim ini beranggotakan tiga tunggal putra Jonatan Christie, Karono dan Bobby Setiabudhi, dan  dua ganda putra yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto serta Pramudya Kusumawardhana/Yeremi Erich Yoche Rambitan.

Tim garuda yang diisi oleh Gregoria Mariska Tunjung, Stephanie Widjaja dan Aisyah Sativa Fatetani serta pasangan Febby Valencia Dwijayanti Gani/Yulfira Barkah dan Jessita Putri Miantoro/Lanny Tria Mayasari, menjuarai simulasi Piala Uber.

Sayang, pada pertengahan September, BWF memutuskan menunda Piala Thomas dan Uber 2020 karena spandemi COVID-19 yang masih belum mereda di banyak negara.

Kejuaraan beregu sangat bergengsi yang awalnya dijadwalkan diadakan pada 3-11 Oktober 2020 di Aarhus, Denmark, itu pun  ditunda hingga Oktober 2021.

Meskipun sudah melakukan persiapan maksimal, latihan dan simulasi, para pemain pelatnas menerima keputusan itu dengan lapang dada. Mereka bersyukur masih bisa mengikuti turnamen dan sekaligus mencetak prestasi di tengah pandemi walau hanya dalam skala kecil.

Baca juga: Ringkasan final Denmark Open 2020, Jepang boyong dua gelar

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2020