Denpasar (ANTARA) - Dampak pandemi COVID-19 cukup meluas di berbagai sektor, bahkan melumpuhkan sektor andalan Indonesia, khususnya Bali. Andalan sektor di Pulau Dewata tersebut kini seakan suram dan masyarakat pasrah menunggu berakhirnya pandemi ini.

Di Bali yang dulunya hiruk-pikuk dengan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, namun pandemi COVID-19 seakan menghentikan seluruh aktivitas warga, dan di objek-objek wisata di pulau yang dijuluki "seribu pura" tersebut. Tapi semua masyarakat optimistis pariwisata Bali akan bangkit lagi, jika pandemi ini berakhir.

Sebelum pandemi COVID-19 yang melanda sebagian besar dunia, ribuan turis mancanegara menyempatkan kunjungan ke destinasi wisata di Pulau Bali. Di objek-objek wisata tersebut setiap hari tak henti-hentinya dikunjungi para turis mancanegara. Terlebih pada akhir tahun, pesanan kamar hotel dan vila semua penuh untuk mengisi liburan dan menyaksikan seni budaya, panorama alam yang eksotik.

Sehingga ada kesan dari pelancong, akhir tahun dan menyongsong tahun baru wajib di Bali, karena Pulau Dewata sebagai momentum bagi wisatawan untuk merayakan suka-citanya bersama keluarga dan orang-orang yang dicintainya.

Keindahan panorama dan kuatnya tradisi serta seni masyarakat Bali, menjadikan sebuah karunia Tuhan yang penuh "Taksu" (kharisma) untuk dapat dinikmati oleh masyarakat dunia. Sehingga para turis negeri Kangguru (Australia) bahkan menganggap Bali sebagai rumah keduanya untuk berlibur bersama keluarga.

Kabupaten Badung yang "mengeruk" pendapatan dari pajak hotel dan restoran (PHR), maka dengan kasus pandemi COVID-19 ini tak berdaya lagi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah atau PAD dalam penyusunan APBD Pemkab Badung 2021.

Pemerintah Badung terus berupaya untuk mengajak masyarakat dan komponen pariwisata melakukan sosialisasi agar menerapkan anjuran pemerintah mengenai protokol kesehatan sebagai upaya menekan kasus pandemi COVID-19.

Seperti yang dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Bali, terus melakukan sosialisasi penerapan protokol Cleanliness, Health, Safety, Environmental sustainability (CHSE) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan kepada pelaku industri pariwisata setempat.

Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Cokorda Raka Darmawan saat Gathering Kepariwisataan Implementasi Protokol CHSE di Kuta Utara Badung, pekan lalu mengatakan Implementasi protokol kesehatan berbasis CHSE adalah upaya bersama untuk menuju pariwisata yang berkualitas di Kabupaten Badung.

Kegiatan yang digagas oleh Dinas Pariwisata Badung tersebut dilakukan secara hibrida atau langsung dan daring dengan dihadiri sejumlah stakeholder pariwisata di Kecamatan Kuta Utara.

Baca juga: Gubernur tegaskan objek wisata Bali boleh buka sambut Natal-Tahun Baru

Baca juga: Pengalaman "staycation" di Bali & Lombok jelang akhir tahun


Explore Badung

Dalam kegiatan itu, selain dilakukan sosialisasi, para pelaku industri pariwisata juga dapat melakukan diskusi dan melakukan sesi tanya jawab dengan pemangku kepentingan pariwisata lainnya sehingga kegiatan tersebut dapat menghasilkan evaluasi terhadap protokol CHSE yang telah diterapkan.

Cokorda Raka Darmawan menjelaskan berbagai protokol kesehatan telah diterapkan secara konsisten di berbagai kawasan pariwisata. Seluruh wisatawan yang tiba di Badung, wajib menjalankan seluruh aturan CHSE yang ada seperti terus memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

"Selain itu, penyedia jasa pariwisata juga harus menyediakan sarana protokol kesehatan. Kami selalu mengingatkan semua pihak agar protokol CHSE ini harus benar-benar dilaksanakan dengan tertib dan disiplin," katanya.

Ia menambahkan, dalam menyambut era baru pariwisata, selain memastikan kesiapan pelaksanaan protokol CHSE, pihaknya juga terus menggenjot promosi destinasi wisata melalui berbagai upaya salah satunya adalah program 'Explore Badung 2020' sebagai upaya untuk memasarkan dan mempromosikan pariwisata Badung yang aman selama masa pandemi COVID-19.

Kegiatan tersebut dibagi menjadi dua gelombang dimana gelombang I telah diadakan pada tanggal 6-8 Desember dan dibagi menjadi tiga trip dan menginap selama tiga hari dua malam berkeliling ke sejumlah destinasi wisata di wilayah Badung Utara.

Dikatakannya, melalui program tersebut pihaknya berupaya mengenalkan destinasi di Badung dengan masyarakat luar melalui media sosial peserta menginformasikan keindahan sekaligus protokol kesehatan berbasis CHSE yang sudah diterapkan.

Pihaknya juga berharap seluruh peserta dapat menginformasikan hal positif tentang situasi kepariwisataan di Badung yang aman dan nyaman dengan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yang baik.

"Dana kegiatan Explore Badung ini bersumber dari dana hibah pariwisata Kemenparekraf dan menghabiskan dana sekitar Rp1 miliar. Selama mengikuti kegiatan, peserta kami fasilitasi semua akomodasinya, makan minum, tiket masuk ke destinasi, hotel berbintang dan transportasi bus ke destinasi," ucapnya.

Baca juga: Mentan: Perkuat pertanian dengan pelestarian adat budaya

Baca juga: Kemenparekraf revitalisasi infrastruktur pendukung wisata Pantai Kuta


Buka objek wisata

Bali tetap membuka objek-objek wisatanya di tengah pandemi COVID-19, seperti dikatakan Gubernur Bali Wayan Koster, bahwa objek-objek wisata di Pulau Dewata tetap boleh dibuka untuk menyambut libur Natal dan Tahun Baru 2021, dengan tetap menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.

"Boleh dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan. Kan semua dibuka, tidak ada yang ditutup," kata Koster saat memberikan keterangan kepada awak media di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar, Selasa (22/12).

Menurut dia, terlebih sudah ada komitmen antara Dinas Pariwisata Provinsi Bali maupun kabupaten dan kota dengan para pengelola objek wisata, bahkan sudah ada Sertifikat Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru.

Selain itu, Koster juga sudah menugaskan Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali untuk berkoordinasi dengan sejumlah pihak desa adat yang wilayahnya menjadi tempat kunjungan wisatawan atau destinasi wisata seperti Kuta, Sanur dan Ubud.

Terkait wacana dibukanya Bali mulai 1 Januari 2021 untuk wisatawan mancanegara, kata Koster hal tersebut belum ada kepastian karena masih menunggu hasil evaluasi bulan Desember 2020.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa mengatakan sudah 875 usaha pariwisata di daerah setempat yang mengantongi Sertifikat Protokol Tatanan Kehidupan Bali Era Baru sebagai bentuk kesiapan menyambut kunjungan wisatawan di tengah pandemi COVID-19.

Dari 875 usaha pariwisata yang telah mengantongi sertifikat tersebut terdiri dari 536 hotel, 75 restoran, 5 desa wisata, 83 daya tarik wisata, 20 ruang hiburan umum, 7 mall, 40 usaha transportasi, 73 biro perjalanan, 35 wisata tirta, dan 1 kawasan wisata.

Astawa menambahkan dari sejumlah hotel maupun usaha pariwisata yang disertifikasi tersebut, bahkan banyak yang penerapan protokol kesehatannya sudah lebih jauh dari yang distandarkan pemerintah.

Protokol kesehatan yang wajib dipatuhi meliputi dari sisi kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), keamanan (safety) dan kelestarian lingkungan (environmental sustainability).

Baca juga: BDF ke-13 akan tunjukkan kesiapan Bali buka wisata usai pandemi

Baca juga: Kemenparekraf berupaya bangkitkan Desa Wisata Kerobokan Bali


Apresiasi UNTWTO

Sebelumnya, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan penerapan protokol kesehatan terkait penanganan COVID-19 di Indonesia mendapat apresiasi dari "United Nations World Tourism Organization (UNWTO)" atau Badan Pariwisata PBB.

Ia mengatakan dalam pertemuan dengan Badan Pariwisata PBB tersebut membahas mengenai langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam penanganan pandemi COVID-19, khususnya di sektor pariwisata.

"Bahkan mereka memberikan apresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam penanganan COVID-19, termasuk penerapan protokol kesehatan," ujarnya.

Di tanya terkait pembukaan sektor pariwisata di Bali, kata Wisnhutama, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Gubernur Bali Wayan Koster terkait kunjungan wisatawan di tengah pandemi COVID-19.

Ia mengatakan jika ingin objek wisata, maka harus meningkatkan protokol kesehatan, yakni kebersihan, kesehatan, keamanan dan kepedulian lingkungan (CHSE) secara ketat dalam menyambut kunjungan wisatawan pada libur akhir tahun ini.

Penerapan tersebut dilakukan semua elemen masyarakat, baik pelaku pariwisata, maupun pada tempat fasilitas wisata. Begitu juga kepada wisatawan agar meningkatkan kesadaran dirinya terkait protokol kesehatan.

Lebih lanjut Wisnhutama mengatakan kunjungannya ke sejumlah fasilitas pariwisata di Bali guna mengetahui lebih dekat kesiapan menyambut kunjungan wisatawan Nusantara ke Pulau Dewata.

Oleh karena itu, kata dia, para pelaku pariwisata di Bali agar ketat menerapkan protokol kesehatan. Sehingga langkah ini juga sebagai uji coba dan evaluasi untuk membuka pariwisata ke depannya.*

Baca juga: Mewujudkan mimpi Desa Panji Anom menjadi destinasi wisata alam

Baca juga: Lika-liku perjuangan pelaku wisata di Bali dan NTT di tengah COVID-19

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020