Negara sebesar apa pun atau sekuat apa pun senjatanya pasti harus menggandeng 'civil society' untuk melawan gerakan radikal terorisme.
Jakarta (ANTARA) - Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar mengatakan para tokoh dan pemuka agama sangat strategis untuk menyandingkan nilai-nilai agama dan nasionalisme untuk memerangi penyebaran paham radikal intoleran yang berpotensi menjadi radikal terorisme.

"Bagi kita agama apa pun berkewajiban untuk menjaga nilai yang diajarkan dan diwariskan. Oleh karena itu, peran tokoh agama sangat sentral ketika isu agama digunakan kelompok radikal intoleran mencapai tujuan tertentu," kata Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. pada Sarasehan dan Muhasabah Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT di Jakarta, Rabu.

Hal itulah yang mendasari BNPT menggandeng dan membentuk wadah berupa Gugus Tugas Pemuka Agama Dalam Rangka Pencegahan Terorisme.

Baca juga: Kepala BNPT: Fatayat NU berperan penting bendung terorisme

Boy Rafli memandang perlu antara BNPT dan para pemuka agama ada keterpaduan program dan kinerja di lapangan dalam rangka memberikan, menyampaikan, menyosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa, dan agama masing-masing secara benar tanpa harus saling menyakiti.

“Kami melihat sangat strategis apabila tokoh-tokoh agama menyandingkan nilai agama dan nilai nasionalisme, dan semangat dalam menjaga keutuhan NKRI. Kita diuntungkan dengan para leluhur tokoh agama yang pada masa lalu berjuang untuk mendirikan negara ini. Mereka adalah pendakwah sekaligus pejuang,” ungkap mantan Kapolda Papua ini.

Boy Rafli menaruh harapan besar terhadap Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT ini karena beberapa mainstream dari kejahatan terorisme dengan latar belakang paham radikal intoleran dilandaskan adanya pihak yang senantiasa menggunakan isu agama.

Selain itu, juga bisa dikategorikan ekses ekstremisme agama yang disalahartikan pengikutnya.

Padahal, lanjut Boy Rafli, pada kenyataannya pihak tertentu kelompok yang mengatasnamakan agama dengan cara kekerasan, perbuatan tidak sejalan nilai agama, seperti dengan segala cara melakukan upaya destruktif, pembunuhan, penghinaan, dan mengafirkan yang dianggap tidak sejalan.

Boy Rafli berharap rencana kegiatan Gugus Tugas Pemuka Agama ini bisa dikonkretkan agar bisa memberi efek positif kepada seluruh masyarakat.

Menurut dia, tokoh agama adalah guru bangsa sehingga BNPT mendorong ulama dan umara bisa bersinergi, bersatu, dan saling mengisi sesuai dengan perannya masing-masing dan memberikan kontribusi terhadap penyelesaian berbagai permasalahan.

Baca juga: BNPT: Terorisme halalkan segala cara himpun dana

Ketua Umum PBNU yang juga Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) K.H. Said Aqil Siroj menyambut baik rencana kiprah Gugus Tugas Pemuka Agama dalam rangka pencegahan terorisme.

Menurut dia, baru kali ini dari pihak pemerintah dalam hal ini BNPT menggandeng pemuka agama untuk bersama untuk melawan atau kontra gerakan radikalisme dan terorisme.

"Ini menunjukkan pemerintah sudah memberikan ruang kepada pemuka agama sebagai informal leader kekuatan civil society harus kita gerakkan untuk menghadapi itu semua," kata Kiai Said.

Ia menegaskan bahwa negara sebesar apa pun atau sekuat apa pun senjatanya pasti harus menggandeng civil society untuk melawan gerakan radikal terorisme.

Menurut Kiai Said, beruntung di Indonesia memiliki ormas-ormas keagamaan moderat, terutama ormas yang lahir sebelum kemerdekaan yang pasti nasionalis, seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah, NU, dan Nahdlatul Wathan.

"Ini kekayaan kita luar biasa ada kekuatan luar biasa, ada keterwakilan civil society mewakili ormas-ormas ini," katanya.

Baca juga: Survei BNPT 2020 nyatakan potensi radikalisme menurun

Pewarta: Joko Susilo
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020