Jakarta (ANTARA) - Indonesia sudah selangkah lagi akan melakukan vaksinasi COVID-19 untuk penduduknya secara bertahap pada Tahun 2021 untuk memberikan kekebalan tubuh masyarakat terhadap virus SARS CoV 2.

Harapannya, dengan vaksinasi pada kurang lebih 180 juta penduduk Indonesia, akan tercipta herd immunity atau kekebalan komunal yang menyebabkan virus tak mampu menulari penduduk Indonesia, warga negara Indonesia bisa kembali produktif bekerja, ekonomi kembali pulih, rakyat sejahtera, dan semua bahagia.

Pemerintah Indonesia sudah mendapatkan sejumlah komitmen pengadaan vaksin dari berbagai produsen di berbagai negara dunia. Beberapa produk vaksin yang akan digunakan untuk vaksinasi COVID-19 di Indonesia adalah dari produsen asal China Sinovac, vaksin Sinovac dalam bentuk “bulk” atau bahan baku belum jadi yang nantinya akan dikembangkan oleh Biofarma, Astrazeneca, Sinopharm, Pfizer-Biontech, Moderna dan Novavax.

Program vaksinasi COVID-19 tahap pertama pun sudah matang dan siap untuk segera dilakukan. Presiden Joko Widodo dalam keterangan resminya melalui video Sekretariat Presiden menyebutkan vaksinasi pertama di Indonesia akan dilakukan pada pertengahan Januari 2021.

Target tersebut sangat realistis karena saat ini sistem pendataan sasaran penerima vaksinasi sudah dapat diakses oleh masyarakat untuk mengecek apakah namanya terdaftar sebagai penerima vaksin atau tidak.

Untuk tahap pertama pada periode Januari hingga April 2021, vaksinasi akan diberikan terlebih dulu bagi petugas kesehatan sebanyak 1,3 juta orang. Tahap selanjutnya, vaksinasi diberikan pada masyarakat yang menjadi petugas pelayanan umum sebanyak 17,4 juta orang. Kemudian dilanjutkan untuk vaksinasi 21,5 juta penduduk lansia yang dinilai rentan terinfeksi COVID-19.

Tentunya pelaksanaan vaksinasi tersebut, terlebih vaksinasi bagi lansia, harus menunggu informasi keamanan vaksin dan diterbitkannya emergency use authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Tahapan selanjutnya, yaitu pada periode April 2021 hingga April 2022, program vaksinasi akan terus dilanjutkan untuk 63,9 juta penduduk yang rentan terinfeksi dan 77,4 juta masyarakat lainnya untuk menciptakan kekebalan kelompok guna mencegah penularan virus.

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih, beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa program vaksinasi COVID-19 di Indonesia ini merupakan game changer dalam penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air.

Daeng menyebut demikian lantaran kasus COVID-19 di Indonesia yang terus menanjak hingga saat ini. Data per 1 Januari 2021, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 751.270 orang dengan angka kesembuhan 617.936 orang, dan kematian 22.329 jiwa.

Dia menilai kasus yang tinggi tersebut dikarenakan upaya pencegahan penularan virus COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan belum maksimal di kalangan masyarakat. Oleh karena itulah vaksin dinilai sebagai game changer penanganan pandemi di Indonesia.

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin, beberapa waktu lalu, menyampaikan bahwa masyarakat penting untuk menerapkan perilaku hidup sehat agar terhindar dari COVID-19 dan berbagai penyakit lainnya.

Ma’ruf mengingatkan kepada masyarakat agar perilaku hidup bersih dan sehat tersebut tidak hanya dilakukan di masa pandemi, tetapi juga menjadi budaya baru masyarakat Indonesia secara terus menerus di masa mendatang.

"Perilaku hidup bersih dan sehat ini diterapkan bukan saja untuk sementara waktu sampai pemberian vaksinasi, namun diharapkan dapat menjadi budaya dan gaya hidup baru masyarakat Indonesia seterusnya,” kata Wapres.

Untuk dapat mengakhiri pandemi COVID-19, kata dia, perlu pula upaya perubahan perilaku hidup bersih secara berkelanjutan dari masyarakat, selain juga melalui vaksinasi.

Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) dr Moh Adib Khumaidi, Sp.OT mengatakan budaya hidup sehat dan memperkuat sistem imun tubuh menjadi panglima utama dalam mencegah infeksi virus di masa pandemi saat ini.

Menjalani hidup di masa pandemi COVID-19 dan hidup berdampingan dengan keberaadaan virus SARS CoV 2 harus direspons dengan memiliki kesadaran akan gaya hidup sehat dan mengubah lanskap kesehatan.

"Kesadaran akan budaya hidup sehat ini yang harus ada," kata Adib.

Menurut Adib, setiap orang harus mempunyai strategi untuk menjaga kesehatannya di masa adaptasi kebiasaan baru, termasuk dengan menjaga daya tahan tubuh dan melakukan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.

Bagaimana pun, masyarakat paling tidak mengamankan dirinya, orang dekatnya, keluarganya, dan rekan-rekannya. Masyarakat didorong untuk mampu beradaptasi mengantisipasi kondisi akibat penyakit menular.

Oleh karenanya, masyarakat harus memiliki dan membangun persepsi yang sama, yakni mengedepankan tindakan pencegahan, di antaranya menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain serta menghindari kerumunan, dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir.

Upaya-upaya lain yang harus dilakukan adalah sering mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah jika tangan tidak dalam kondisi bersih, beristirahat yang cukup, tidak merokok, makan makanan bergizi, serta mengonsumsi suplemen tambahan atau vitamin bila perlu.

Walaupun dianjurkan tidak keluar rumah bila tidak terlalu penting, masyarakat juga harus tetap menjaga kebugaran untuk mempertahankan sistem imun agar tidak mudah sakit. Caranya, yaitu beraktivitas fisik atau berolahraga secara rutin, mengelola stres, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021