Jakarta (ANTARA) - Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI Rionny Mainaky membeberkan perbedaan antara pebulu tangkis Jepang dan Indonesia, baik saat berlatih maupun bertanding.

Menurut Rionny, yang punya pengalaman kepelatihan selama 23 tahun di Negeri Sakura, salah satu karakter para pemain Jepang adalah kedisiplinan. Tak heran jika mereka bisa menjadi lawan yang sulit, bahkan cukup dominan dan ditakuti di berbagai kejuaraan tepok bulu.

“Memang mereka lebih disiplin. Lalu semangat pantang menyerah karena mereka sudah terbiasa dilatih sejak kecil dari sekolah,” ungkap Rionny dalam siaran pers yang diterima pewarta, Selasa.

Baca juga: Rionny Mainaky resmi urusi pembinaan prestasi bulu tangkis nasional
Baca juga: PBSI pastikan Skuat Merah Putih siap tampil di Thailand


Selain faktor kedisiplinan, tim Jepang juga menurutnya tidak mudah panik saat bertanding. Berbeda dengan Jepang, pemain-pemain Indonesia, kata dia, kerap terburu-buru dan masih perlu dilatih mental dan kesabarannya.

Berkat kedisiplinan dan kerja keras, Jepang telah menunjukkan kekuatannya dalam ajang bulu tangkis dunia, bahkan menyamai posisi China yang menjadi tim yang ditakuti.

Dari lima sektor, terdapat setidaknya satu wakil Jepang yang menempati ranking lima besar dunia.

Ada Kento Momota yang duduk di posisi pertama sektor tunggal putra. Akane Yamaguchi dan Nozomi Okuhara yang masing-masing menempati peringkat ketiga dan keempat tunggal putri, serta pasangan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang kerap menjegal langkah wakil ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu di berbagai turnamen.

Piala Thomas 2014 bisa dibilang menjadi salah satu titik balik tim Jepang, sebab untuk pertama kalinya mereka berhasil merebut trofi lambang supremasi kejuaraan bulu tangkis beregu paling bergengsi itu dari tangan China, yang menang dalam lima edisi beruntun sebelumnya.

Mereka juga berhasil membuktikan kekuatan mereka pada ajang Kejuaraan Dunia 2018 dan 2019.

Kento Momota dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara menjadi wakil Jepang yang berhasil meraih gelar juara dunia pada dua edisi tersebut.

Baca juga: Thailand Open jadi ajang pemanasan tim menuju Olimpiade Tokyo
Baca juga: Kento Momota positif COVID-19, tim Jepang batal ke Thailand Open


Tak hanya itu, Jepang semakin berada di puncak prestasinya saat berhasil merebut medali emas di ajang tertinggi Olimpiade 2016 Rio de Janeiro lewat Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.

Melihat prestasi yang ditorehkan Jepang, Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna lantas menunjuk Rionny sebagai Kabid Binpres, menggantikan posisi yang sebelumnya diisi Susy Susanti. Pengalamannya melatih hingga membangun bulu tangkis Jepang diharapkan dapat dipraktikkan kepada tim Indonesia demi mengembalikan kejayaan prestasi Merah Putih di ajang tepok bulu dunia.

Dengan jabatan barunya itu, Rionny mengaku tanggung jawab yang diembannya itu tidak mudah. Namun ia akan bekerja semaksimal mungkin demi menghasilkan prestasi terbaik.

“Tapi saya harapkan kerja keras ini juga muncul dari kemauan atlet sendiri. Mereka harus menyadari bahwa hanya dengan latihan keras akan menghasilkan prestasi terbaik,”

“Kalau tidak mau berlatih keras, saya kira percuma karena hanya membuang waktu dan harapan orang,” pungkas Rionny.

Baca juga: Minions gagal ke Bangkok setelah Kevin dinyatakan positif COVID-19
Baca juga: Pelatih Malaysia juga positif COVID-19 jelang terbang ke Thailand


 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021