Ni untuk menghindari penularan yang lebih luas lagi. Jadi, skenario terburuk perlu dipersiapkan pula
Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Universitas Andalas Provinsi Sumatera Barat Defriman Djafri mengatakan proses pelayanan vaksinasi COVID-19 di Tanah Air harus diterapkan dengan turut memerhatikan berbagai skenario terkait protokol kesehatan.

"Banyak hal perlu diperhatikan dalam vaksinasi termasuk tantangan berikutnya ialah proses pelayanan vaksinasi dengan menerapkan protokol kesehatan," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Pemkot Surabaya diminta sosialisasi dan edukasi vaksinasi COVID-19

Ia mengatakan penerapan protokol kesehatan itu tentunya juga diiringi dengan kesiapan pelayanan vaksinasi itu sendiri. Termasuk pula kesiapan tenaga medis, peralatan, logistik serta sarana yang dibutuhkan.

Menurut dia, tidak ada yang sulit bagi tenaga vaksinator dalam memberikan pelayanan vaksinasi di masa pandemi jika benar-benar terlatih dan mengikuti prosedur yang memang tidak sama dengan proses vakasinasi pada kondisi normal.

Baca juga: Warga Sumsel harap pemerintah perkuat sosialisasi vaksin COVID-19

Secara umum, terdapat petunjuk teknis vaksinasi COVID-19 sebagai acuan dan pedoman yang harus dijalankan oleh tenaga vaksinator dalam empat tahapan ke depan.

Perlu dipahami, kata dia, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang ditetapkan nantinya sebagai tempat dilaksanakan vaksinasi, tentu tetap menjalankan layanan esensial kesehatan baik itu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pelayanan gizi serta pencegahan dan pengendalian penyakit.

Baca juga: Puan: Pemerintah tingkatkan intensitas sosialisasi vaksin COVID-19

Sehingga, jangan sampai hal itu terabaikan ke depannya. Termasuk pula perlu diantisipasi jika tenaga kesehatan yang bertugas di FKTP banyak terkonfirmasi positif COVID-19, maka pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat pelayanan vaksinasi akan dilakukan lockdown atau penutupan.

"Ni untuk menghindari penularan yang lebih luas lagi. Jadi, skenario terburuk perlu dipersiapkan pula," kata Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand tersebut.

Lebih jauh, hal itu untuk mengantisipasi apabila target dari proses pelaksanaan vaksinasi tidak tercapai sesuai waktu yang ditentukan dan menghindari terjadinya proses vaksinasi menjadi sumber penularan baru.

Di sisi lain, ia mengatakan pada hakikatnya tenaga kesehatan dan vaksinator yang menjadi garda terdepan merupakan panutan bagi masyarakat sehingga keterampilan dan kehati-hatian dalam menjalankan tugas dan wewenang menjadi kunci keberhasilan dalam program layanan vaksinasi.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021