Beijing (ANTARA) - Beberapa anggota staf Kedutaan Besar RI di Beijing turut membuat viral fenomena pembekuan air mendidih saat ibu kota China itu mengalami cuaca yang sangat dingin dalam dua hari terakhir.

Di sela-sela jam istirahat kerja, Kamis, Gilang Pramasasti dan beberapa rekannya bergegas menuju halaman KBRI Beijing di Jalan Dongzhimen wai Da Jie No 4 dengan membawa segelas air mendidih di tangannya masing-masing.

Segelas air tersebut disiramkannya ke udara dan dalam waktu sekejap cipratan air berubah layaknya kabut salju yang berguguran jatuh ke tanah.

"Baru pertama kali saya menemukan fenomena seperti ini," kata Gilang yang sudah 18 tahun tinggal di Beijing.

Warga Beijing ramai-ramai mengunggah aktivitas tersebut di media sosialnya karena fenomena seperti itu sangat jarang terjadi di Beijing, meskipun ibu kota sejak November hingga Desember 2020 sering diguyur hujan salju.

Mereka terinspirasi oleh promosi pariwisata musim dingin di Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang, wilayah di timur laut China yang memiliki tingkat intensitas hujan salju paling tinggi.

Pada Rabu (6/1) dan Kamis, Beijing diliputi cuaca yang sangat dingin dengan suhu berkisar antara -17 hingga -19 derajat Celcius.

Cuaca bertambah ekstrem karena disertai angin kencang pada pagi hingga malam hari.

Rendahnya suhu udara tersebut pertama kali terjadi di Beijing dalam satu dasawarsa terakhir.

Warga dimohon mewaspadai cuaca dingin disertai angin kencang dalam dua hari ke depan, demikian peringatan dari Badan Metereologi Kota Beijing yang dikirimkan melalui layanan pesan singkat ke nomor telepon seluler ANTARA Beijing, Selasa (5/1).

Suasana jalan raya dan pusat-pusat perbelanjaan di Beijing pada Rabu (6/1) malam terpantau lengang. 

Baca juga: China bersiap hadapi serangan lanjutan COVID musim gugur-musim dingin

Baca juga: Infeksi lokal meningkat, China perketat pembatasan di dekat Beijing

Baca juga: Beijing mulai vaksinasi massal, ribuan warga Shunyi dikarantina


 

Wisata musim dingin di Harbin, China

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021