Bencana ekologi ini juga berpotensi terjadi pada masa mendatang
Banda Aceh (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh mencatat total kerugian akibat bencana ekologi di provinsi ujung barat Indonesia tersebut sepanjang 2020 mencapai Rp1,3 triliun.

"Kami mencatat sepanjang 2020 terjadi 135 kali bencana dengan kerugian mencapai Rp1,3 triliun," kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Aceh Muhammad Nur di Banda Aceh, Jumat.

Jika dibandingkan dengan 2019, kerugian akibat bencana 2020 meningkatkan hampir dua kali lipat. Kerugian akibat bencana pada 2019 mencapai Rp538,8 miliar lebih.

Muhammad Nur mengatakan sebanyak 135 bencana ekologi yang terjadi sepanjang 2020 dengan kerugian terbanyak adalah banjir mencapai Rp1 triliun.

"Banjir menyebabkan jembatan rusak, rumah terendam, fasilitas publik rusak, sekolah terendam, warga mengungsi, hingga kerugian akibat lahan pertanian dan perkebunan yang rusak," kata Muhammad Nur.

Baca juga: Walhi desak KLH Aceh usut pencemaran limbah perusahaan kelapa sawit

Baca juga: Walhi: Penyusutan hutan Aceh capai 35 ribu hektare

Kemudian kekeringan atau krisis air dengan kerugian Rp285,3 miliar. Cuaca buruk (puting beliung) dengan kerugian Rp13,2 miliar. Abrasi atau air pasang dengan kerugian Rp9,3 miliar.

Selanjutnya, erosi tanah longsor dengan kerugian Rp7,4 miliar, kebakaran lahan Rp6 miliar. Serta pencemaran limbah yang menyebabkan menurunnya kualitas air serta mengganggu kesehatan masyarakat dengan kerugian sebesar Rp115 juta.

"Bencana ekologi ini juga berpotensi terjadi pada masa mendatang karena perambahan hutan, penambangan ilegal, proyel energi, hingga ekspansi perkebunan yang berdampak pada kerusakan lingkungan," katanya.

Baca juga: 5.000 Ha hutan lindung di Nagan Raya rusak akibat tambang ilegal

Baca juga: WALHI: Banjir Aceh akibat perubahan fungsi hutan

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021