Perubahan kurikulum menjadi dasar melakukan “link and match”
Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk meningkatkan keterserapan lulusan.

“Perubahan kurikulum menjadi dasar melakukan “link and match”. Misalnya untuk SMK dilakukan lima aspek perubahan,” ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto di Jakarta, Jumat.

Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan.

Baca juga: Kemendikbud sebut 476 SMK jadi pusat unggulan

Kedua, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih. Lalu, ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama tiga semester.

Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama tiga semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing. Terakhir, terdapat co-curiculer wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat.

“Pada program SMK Center of Excellent (CoE) 2020, kami juga telah memasukkan sembilan paket pernikahan massal pendidikan vokasi dan industri, sedangkan pada 2021 akan diluncurkan program SMK Pusat Keunggulan (PK), yakni penyempurnaan SMK CoE dengan melibatkan PTV untuk membina SMK,” jelas Wikan.

Baca juga: Kemendikbud target 400 prodi vokasi "link and match" dengan industri

Dia menambahkan Kemendikbud sudah memiliki langkah-langkah strategis demi mencapai tujuan. Mulai dari menciptakan SDM lulusan yang kompeten, unggul, dan sesuai dengan kebutuhan industri skala nasional maupun global, terjadi peningkatan produktivitas, inovasi, serta daya saing yang signifikan hingga memajukan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, meningkatkan kesejahteraan dan karir lulusan vokasi lebih baik, menciptakan generasi wirausaha yang tangguh dan inovatif, input peserta didik pendidikan vokasi harus passion dengan dunia vokasi, hingga keterlibatan dunia industri dan kerja semaksimal mungkin.

“Kami juga fokus dalam peningkatan kemampuan nonteknis dan karakter lulusan agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi masa kini dan mendatang, dan riset terapan yang menghasilkan produk nyata yang dihilirkan ke pasar industri dan masyarakat,” terang Wikan.

Baca juga: Nadiem : kurikulum pendidikan vokasi harus berfokus pada industri

Pewarta: Indriani
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021