jika Indonesia mampu kembali ke produksi 1,8 juta ton per tahun, maka impor kedelai hanya sekitar 1 juta ton saja
Jakarta (ANTARA) - BUMN sektor pangan perlu memperkuat aktivitas riset dan pengembangan dalam rangka membantu meningkatkan produktivitas kedelai di Tanah Air agar Indonesia ke depannya tidak lagi mengalami ketergantungan impor kedelai.

"Salah satu pekerjaan rumah mendesak bagi BUMN Pangan saat ini adalah mendongkrak produktivitas kedelai lokal yang saat ini hanya separuh dari produktivitas kedelai impor," kata Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak dalam rilisnya di Jakarta, Senin.

Ia mengingatkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statitsik (BPS), produktivitas kedelai lokal saat ini hanya 1,5 ton – 2 ton per hektare. Sedangkan produktivitas kedelai impor mencapai 4 ton per hektare.

Selain itu, ujar dia, data IPB University mengungkapkan sekitar 70 persen kedelai dialokasikan untuk produksi tempe, 25 persen untuk produksi tahu, dan sisanya untuk produk lain, sedangkan rata-rata kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,8 juta ton per tahun.

"Dalam sejarah, puncak produksi kedelai lokal terjadi tahun 1992 silam yang mencapai 1,87 juta ton. Sehingga jika Indonesia mampu kembali ke produksi 1,8 juta ton per tahun, maka impor kedelai hanya sekitar 1 juta ton saja," ungkap Amin.

Amin pun meyakini bahwa jika bersungguh-sungguh ingin membangun kemandirian pangan, BUMN Pangan mampu mewujudkan misi tersebut.

Selain problem produktivitas, lanjutnya, faktor harga jual di tingkat petani dinilai berpengaruh besar terhadap pengembangan kedelai lokal.

"Efisiensi produksi akan menjadi insentif agar petani memperoleh pendapatan yang lebih baik, sehingga mereka bergairah menanam kedelai," ujar Amin.

Baca juga: Mentan klaim persoalan kedelai sudah terkendali
Baca juga: Kunjungi perajin tahu tempe, Mentan canangkan stabilitas pasar kedelai
Baca juga: Kedelai lokal dinilai lebih sehat dibanding impor

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021