Jakarta (ANTARA) - Salah satu keluarga korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Rafiq Yusuf Alydrus, mengaku masih menunggu proses identifikasi jenazah istrinya yang bernama Panca Widya Nursanti.

"Saya ke RS Polri hanya mau cari kejelasan tentang kondisi yang ada (proses identifikasi). Untuk data pendukung sudah saya sampaikan kepada pihak yang membutuhkan seperti tes DNA," kata Rafiq saat ditemui di RS Polri, Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan untuk proses pengambilan sampel DNA sudah dilakukan di Pontianak tempat dirinya tinggal bersama keluarga dan tinggal menunggu konfirmasi.

Baca juga: RS Polri segera serahkan korban yang teridentifikasi kepada keluarga

"Untuk data hari ini tidak disampaikan karena sudah kami berikan data primer dan sekunder ketika di Pontianak," ujarnya.

Rafiq mengungkapkan bahwa data ante-mortem sudah diberikan anak pertamanya, seperti gigi dan darah untuk dicocokan dengan korban.

Rafiq mengatakan kalau jenazah istrinya sudah diidentifikasi maka rencananya akan dimakamkan di Pontianak.

Dia menceritakan isterinya, Panca, merupakan guru PPKN di SMK Negeri 3 Pontianak. Panca yang taggal kelahiran 17 April 1974 ini meninggalkan seorang suami dan empat orang anak terdiri dari satu laki-laki dan tiga perempuan.

Baca juga: RS Polri berhasil identifikasi satu korban kecelakaan Sriwijaya Air

Sebelumnya, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta hingga Selasa pagi telah menerima 58 sampel DNA keluarga korban jatuhnya insiden jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

"Kami informasikan sampai dengan pukul 09.00 WIB hari ini, Tim DVI RS Polri telah menerima sebanyak 58 sampel DNA dari keluarga korban," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta Timur, Selasa.

Dia mengatakan Tim DVI RS Polri juga telah menerima 56 kantong jenazah dan kantong properti yang ditemukan tim SAR di lokasi insiden tersebut.

Baca juga: Menhub apresiasi kinerja RS Polri identifikasi korban Sriwijaya

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021