Mamuju (ANTARA) - Ribuan pengungsi yang terletak di sejumlah titik di kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat belum mau pulang ke rumahnya meskipun telah dihimbau pemerintah setempat.

"Rumah kami rusak parah, kami mau kemana, tidak mungkin kembali ke rumah. Kami pengungsi, hanya bisa bertahan di tenda pengungsian," kata, Awal, salah seorang pengungsi di Mamuju, Ahad.

Ia mengatakan saat ini butuh kejelasan dari pemerintah mengenai upaya yang dilakukan untuk penanganan dampak bencana.

"Kalau kami disuruh pulang harus jelas bagaimana kami nantinya, karena tidak mungkin kami menempati rumah yang hampir roboh, atau tertimpa bangunan rumah tetangga yang roboh," katanya.

Baca juga: Dokter: Banyak masyarakat di lokasi bencana abai protokol kesehatan

Baca juga: Upaya mengembalikan keceriaan anak penyintas gempa Mamuju


Ia juga mempertanyakan, bagaimana dengan pengungsi yang sudah keluar daerah seperti menuju wilayah Utara Kabupaten Mamuju.

"Bagaimana mungkin mereka mau kembali ke pengungsian kalau pemukimannya hancur, sementara pemerintah tidak jelas dalam memberikan solusi dan belum memiliki data soal kerusakan pemukiman warga yang terdampak bencana," katanya.

Sementara itu Amrin, salah seorang pengungsi belum mau pulang rumahnya karena masih trauma dengan gempa dan takut dengan terjadinya gempa susulan.

"Biarkan kami di pengungsian sampai kami bisa merasa aman kembali ke rumah. Pemerintah juga mesti membantu kami karena situasi belum berjalan normal," katanya.

Ia mengatakan hingga saat ini pemerintah provinsi dan kabupaten belum memberikan bantuan kepada pengungsi dan belum jelas langkah penanganan dampak gempa ini.

"Seandainya bukan bantuan dari pemerintah dan masyarakat Sulsel dan Sulteng dan seluruh Indonesia, maka kami tidak tahu bagaimana bertahan hidup di pengungsian, karena pemerintah setempat tidak melakukan apa apa," katanya.*

Baca juga: BNPB: Tanggap darurat gempa Mamuju-Majene ditambah dua pekan

Baca juga: Dinkes Sulbar kecewa banyak pengungsi tolak rapid tes COVID-19

Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021