Saya yakin ketika bisa independen, media bisa menjadi rujukan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum (Ketum) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Atal S Depari mengatakan media memiliki peranan penting dalam memerangi berita bohong atau hoaks dan radikalisme yang berseliweran di media sosial dan media pertemanan lainnya.

"Seiring kemajuan teknologi internet, hoaks dan radikalisme menjadi salah satu ancaman yang nyata yang dihadapi masyarakat. Semua elemen termasuk media harus bersama-sama memerangi keduanya," kata Atal dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu.

Hal ini disampaikan Atal dalam diskusi berjudul "Peranan Media dalam Menghadapi Radikalisme dan Hoaks" oleh GenPI.co dan JPNN.com secara daring.

Atal menjelaskan, media harus menjadi pengecek fakta (fact checker) dan sumber informasi yang lebih valid dibandingkan media sosial (medsos).

“Media harus memverifikasi atau membandingkannya dengan berita yang sama dari sumber yang berbeda,” kata Atal.

Baca juga: BNPT: Radikalisme lebih "halus" dari pada virus

Dia pun mengimbau media untuk tidak melakukan glorifikasi dalam pemberitaan, tetapi memilih diksi yang lembut dan tidak menyudutkan pihak-pihak tertentu.

Atal menjelaskan, pers juga harus berperan aktif mencegah radikalisme dan terorisme karena dua hal itu merupakan kejahatan luar biasa.

Menurut dia, radikalisme dapat direduksi jika media massa menghindari posisi sebagai penguat konfilik (intensifier of conflict).

“Jika ada perbedaan pandangan di masyarakat, jangan ikut-ikutan memanas-manasi atau berpihak pada satu pihak,” ujar Atal.

Sementara itu, Ketua Komisi Hubungan Antarlembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo menjelaskan, teroris memanfaatkan pemberitaan media massa untuk menebarkan ketakutan dan mendelegetimasi penegak hukum.

Baca juga: Mengikis gerak radikalisme di tengah pandemi

Oleh karena itu, Agus mengimbau pers untuk menjalankan tugasnya sesuai kode etik jurnalistik.

“Jurnalisme bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, seperti kemanusiaan dan keadilan,” tutur Agus.

Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi I Abdul Kharis tidak menampik fakta bahwa saat ini informasi menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Namun, tidak semua informasi itu benar dan valid. Oleh karena itu, media memiliki peran yang sangat penting.

“Media bertugas meluruskan dan menjadi rujukan. Saya yakin ketika bisa independen, media bisa menjadi rujukan,” kata dia.

Baca juga: Sekjen MUI: Ulama dapat dilibatkan dalam deteksi dini radikalisme

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021