London (ANTARA) - Produksi minyak OPEC telah meningkat untuk bulan ketujuh berturut-turut pada Januari, sebuah survei Reuters menemukan, setelah kelompok tersebut dan sekutunya setuju untuk melonggarkan rekor pembatasan pasokan lebih lanjut, meskipun penurunan ekspor Nigeria yang tidak disengaja membatasi kenaikan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak yang beranggotakan 13 orang memompa 25,75 juta barel per hari (bph) pada Januari, survei menemukan, naik 160.000 barel per hari dari Desember dan peningkatan lebih lanjut dari level terendah tiga dekade yang dicapai pada Juni.

OPEC+, kelompok yang terdiri dari OPEC dan produsen lain yang dipimpin oleh Rusia, setuju untuk memompa lebih banyak mulai 1 Januari dan kembali ke pengendalian produksi lagi dari Februari di tengah kekhawatiran pemulihan permintaan yang lambat. Pakta pasokan terbaru telah membantu minyak ke level tertinggi 11-bulan di atas 57 dolar AS per barel tahun ini.

Baca juga: WoodMac: Permintaan minyak dunia akan naik didorong distribusi vaksin

"Peningkatan ini wajar dengan pagu produksi yang lebih tinggi dari Januari," kata seorang delegasi OPEC.

Pada Januari, peningkatan pasokan terbesar datang dari Arab Saudi dan Irak, dua produsen teratas grup, mencerminkan kuota mereka yang lebih tinggi. Irak masih melakukan hampir semua pemotongan OPEC+ yang dijanjikan, setelah berjuang untuk melakukannya di masa lalu.

OPEC+ setuju untuk memompa tambahan 500.000 barel per hari pada Januari, di mana bagian OPEC sekitar 300.000 barel per hari, karena permintaan dunia sedikit pulih dari krisis virus corona.

Kelompok tersebut telah mengirimkan lebih dari setengah jumlah itu, survei menemukan. Akibatnya, produsen OPEC yang terikat oleh kesepakatan itu membuat 103 persen dari pemotongan yang dijanjikan pada Januari, naik dari 99 persen pada Desember.

Baca juga: Minyak sentuh tertinggi 11 bulan setelah Saudi janji pangkas produksi

Kenaikan terbesar ketiga dalam produksi OPEC berasal dari Iran, yang dibebaskan dari pemotongan OPEC dan berharap meningkatkan ekspor tahun ini jika sanksi-sanksi AS dilonggarkan, survei menemukan.

Ekspor minyak Iran telah meningkat sejak kuartal keempat meskipun masih sebagian kecil dari level pada 2018, ketika mantan Presiden AS Donald Trump memperketat sanksi.

Di antara negara-negara yang menunjukkan produksi lebih rendah, penurunan terbesar terjadi di Nigeria setelah force majeure diumumkan pada ekspor Qua Iboe, salah satu aliran produksi terbesar Nigeria. Operator Exxon mengatakan pada 22 Januari force majeure dicabut.

Libya, yang juga dibebaskan dari pemotongan, memompa lebih sedikit setelah blokade singkat beberapa pelabuhan oleh penjaga keamanan. Pemulihan di sana pada 2020 telah membantu mendorong produksi OPEC lebih tinggi.

Survei Reuters bertujuan untuk melacak pasokan ke pasar dan didasarkan pada data pengiriman yang disediakan oleh sumber eksternal, data aliran Refinitiv Eikon, informasi dari pelacak kapal tanker seperti Petro-Logistik dan Kpler, serta informasi yang disediakan oleh sumber di perusahaan minyak, OPEC dan konsultan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021