...ketika fungsi keluarga kuat bagi si anak dalam menghadapi segala situasi, maka tindakan kriminalitas tersebut dapat dihindari.
Denpasar (ANTARA) - Psikolog Klinis Remaja Dewasa di Denpasar, Bali Mental Health Centre, Nena Mawar Sari mengatakan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam mencegah anak melakukan tindakan kriminalitas.
 
 
"Semua dasarnya adalah peranan keluarga, kalau peranan keluarga ini penting dan fungsi keluarga baik, hal-hal seperti itu (kriminal) minimal lah terjadinya," ucap Psikolog Nena Mawar Sari saat dikonfirmasi di Denpasar, Sabtu.
 
 
 
Ia mengatakan bahwa fungsi keluarga sebagai lingkungan terdekat dari anak tersebut ikut berperan memberikan pendidikan moral, etika dan sebagai langkah pencegahan bagi si anak tersebut.
 
 
 
Menurutnya, ketika fungsi keluarga kuat bagi si anak dalam menghadapi segala situasi, maka tindakan kriminalitas tersebut dapat dihindari.
 
 
 
Hal yang menyebabkan masih ditemukannya remaja yang terlibat dalam kasus kriminal, kemungkinan karena merasa jenuh ketika kebutuhan tidak dipenuhi orang tuanya.
 
 
 
"Mungkin mereka lebih luang di rumah jadi mereka mengalihkan pada game mungkin, atau hal lainnya. Mereka jenuh ketika kebutuhan tidak dipenuhi oleh kedua orang tuanya itu yang bekerja. Ini salah satu efek dari kecanduan game, kurang perhatian, pola asuh yang kurang baik," jelas Psikolog Nena.
 
 
 
Untuk menghindari pemerasan mental pascabebas dari penjara, yaitu dengan tersedianya layanan atau program pasca rehabilitasi oleh pemerintah. Selain itu, anak-anak tersebut juga membutuhkan pendampingan dari psikolog, pekerja sosial, dan lembaga terkait lainnya.
 
 
 
"Sehingga ketika mereka keluar dari Lapas mereka punya kepercayaan diri bahwa mereka punya keterampilan dan pandangan hidup yang jauh lebih baik," katanya.
 
 
 
Psikolog Nena menambahkan bahwa selama ini ia sering menerima pasien yang mengalami pemerasan mental, untuk diberikan pendampingan dan perawatan.
 
 
 
"Biasanya saya menerima dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), jadi mereka dianggap anak nakal dan jadi sampah masyarakat. Setelah digali mereka adalah seorang anak yang butuh perhatian lebih, dipeluk, dan perlu dirangkul keinginannya," jelas Psikolog Nena.
 
 
 
Adapun penangananya berupa pendampingan, konseling, tes IQ dan kebutuhan lainnya yang menyesuaikan. Jika membutuhkan fungsi keluarga akan diberikan family theraphy, namun jika mengarah ke gejala klinis kita kerjasama dengan psikiater.
 
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021