Saya pikir dampaknya tidak hanya ekonomi melainkan kualitas pemain
Jakarta (ANTARA) - Harapan agar kompetisi sepak bola nasional dapat kembali bergulir bukan hanya dirasakan kalangan pemain dan penggemar saja, namun kalangan akademisi juga ternyata memiliki harapan serupa.

Hal itu terungkap pada webinar bertajuk "Kampus Bicara Bola" yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 (UTA '45), bekerja sama dengan Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), Jumat (29/1).

"Saya sebagai masyarakat pecinta sepak bola tentu berharap liga kembali berjalan meski dengan protokol kesehatan yang ketat. Karena sepak bola sudah menjadi hiburan publik terutama di tengah pandemi seperti ini. Dengan tidak berjalannya kompetisi, korban sudah berjatuhan baik klub, pemain, perhotelan, usaha transportasi, pedagang kecil sekitar stadion, dan lain-lain. Untuk itu kompetisi harus segera dilaksanakan," kata Wakil Rektor II UTA '45 Jakarta Brian Matthew dalam keterangan yang diterima pewarta, Sabtu.

Baca juga: PSSI siapkan tiga rencana jadwal kompetisi sepak bola nasional

Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta, Rudyono Darsono, juga mengingatkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari absennya kompetisi bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga kualitas pemain.

"Saya pikir dampaknya tidak hanya ekonomi melainkan kualitas pemain. Ada target target yang ingin dicapai di tingkatan timnas, termasuk persiapan SEA Games 2021 di Vietnam dan Piala Dunia U20 tahun 2023. Untuk itu kompetisi harus segera digulirkan dengan protokol kesehatan ketat," ujarnya.

Di pihak PSSI, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menyatakan bahwa pihaknya masih terus senantiasa menjalin komunikasi dengan pihak-pihak berwenang terkait kelanjutan Liga Indonesia 2021, terutama dengan pihak kepolisian.

"Meskipun banyak dari para kapolda itu adalah mantan anak buah saya, namun saya bersedia untuk menghadap. Karena pertandingan Liga Indonesia berlangsung secara home and away, tentu akan membutuhkan tenaga kepolisian di tiap-tiap daerah. Selain itu kami juga telah menjalin komunikasi dengan pihak lain seperti Satgas COVID-19, DPR, Kemenpora dan yang lainnya," papar Mochamad.

Baca juga: LIB tegaskan simulasi liga tak tampilkan pertandingan penuh

Pada diskusi itu, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyatakan apresiasinya kepada upaya PSSI untuk kembali menggulirkan kompetisi sepak bola.

"Saya mengapresiasi PSSI yang telah berupaya mengusahakan hal itu. Kami telah memiliki perspektif yang sama dan meminta diadakannya simulasi atau trial pelaksanaan pertandingan dengan protocol kesehatan yang ketat. Namun sangat disesalkan hal tersebut tidak dilaksanakan, karena harusnya simulasi tersbut bisa menjadi bahan evaluasi sejauh mana kompetisi bisa dilaksanakan," jelasnya.

Langkah PSSI untuk aktif menjalin komunikasi dengan pihak kepolisian dianggap sebagai langkah yang tepat oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot Dewa Broto, sebab kepolisianlah yang berwenang mengeluarkan izin pertandingan.

"Kemenpora terbuka untuk seluruh pihak duduk bersama baik dari Komisi X DPR RI, PSSI, Satgas Penanganan COVID untuk membicarakan kemungkinan bergulirnya kompetisi dan ini perlu koordinasi dengan pihak kepolisian karena yang dapat mengeluarkan ijin keramaian adalah pihak kepolisian," tutur dia.

Dari pihak PSTI, Ketua Umum Ignatius Indro meyakini bahwa kunci meyakinkan pihak kepolisian adalah komunikasi yang baik dari PSSI.

"Yang terpenting adalah komunikasi, baik kepada pihak kepolisian untuk berlangsungnya kompetisi, maupun kepada supporter. Harus dijalaskan juga bagaimana protokol kesehatan yang akan digunakan dalam sebuah pertandingan. Dan saya yakin jika komunikasi itu dilakukan dengan baik, maka supporter akan mengikutinya," pungkasnya.

Baca juga: LIB: kompetisi 2021 paling mungkin dimulai setelah Lebaran
Baca juga: Izin kepolisian harus jadi prioritas setelah Liga 1 dihentikan

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021