Memang material yang dilepas kecil, namun walaupun kecil harus terus diwaspadai, karena volume kubahnya masih tumbuh. Apalagi kalau lahar selain material yang baru juga ada material lama yang terbawa.
Magelang (ANTARA) - Masyarakat di kawasan aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi diimbau untuk mewaspadai banjir lahar di musim hujan ini, kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida.

"Rekomendasi kami, di hulu-hulu sungai Merapi itu tidak aman karena sewaktu-waktu lahar itu akan turun karena sekarang musim hujan," katanya di Magelang, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang bersama Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan.

Menurut dia, banjir lahar selain material yang baru juga ada material lama yang terbawa. Banjir lahar berpotensi di semua alur sungai yang berhulu di Merapi.

Baca juga: BPPTKG: Masih ada pertumbuhan kubah lava Merapi

Baca juga: Diperpanjang, status tanggap darurat bencana Gunung Merapi


Ia menyebutkan material yang dikeluarkan saat erupsi pada 27 Januari 2021 sekitar 82.000 meter kubik.

"Memang material yang dilepas kecil, namun walaupun kecil harus terus diwaspadai, karena volume kubahnya masih tumbuh. Apalagi kalau lahar selain material yang baru juga ada material lama yang terbawa," katanya.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menuturkan berdasarkan informasi dari BMKG curah hujan tinggi terjadi pada Januari dan Februari 2021

Berkaitan dengan banjir lahar seperti yang disampaikan Kepala BPPTKG, katanya materialnya tidak harus material yang baru. Jadi material lama juga bisa menjadi penyebab terjadinya banjir lahar karena curah hujan yang tinggi di bagian hulu.

"Hal ini yang memang harus diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal di daerah sungai dan juga mereka yang melakukan aktivitas di sana, seperti wisata, penambangan, pencarian kayu, dan sebagainya," katanya.

Menurut dia, mereka harus berhati-hati saat ini, karena hujan bisa terjadi setiap saat walaupun informasinya sudah diperoleh dari BMKG.

"Sebenarnya sudah sejak 2010 kami dengan BPPTKG memasang alat peringatan dini (EWS) di beberapa titik, dengan informasi itu diharapkan memang nantinya yang ada di bagian tengah yaitu Kota Yogyakarta juga harus waspada, khususnya sungai-sungai yang masuk kota tersebut kanan kirinya berpenduduk padat, itu yang selalu diinformasikan," katanya.

Ia menyampaikan hal ini bagian dari sistem peringatan dini. Jadi sistem peringatan dini yang dibangun mulai dari pantauan kemudian dari pantauan itu BPPTKG nanti akan mengolah menjadi informasi dan informasi itulah yang kemudian disampaikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

"Masyarakat sudah mengetahui apa yang mereka harus lakukan, kalau ada informasi itu mereka pergi ke tempat yang sudah direncanakan ke tempat evakuasi," katanya.*

Baca juga: Candi Asu dan Candi Pendem ditutup plastik antisipasi hujan abu Merapi

Baca juga: 265 warga Merapi tinggalkan pengungsian Banyurojo

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021