Jakarta (ANTARA) - Layanan streaming musik asal Swedia Spotify mencatat jumlah pelanggan yang mengesankan, menutup tahun dengan 155 juta pelanggan berbayar.

Angka itu naik dari 144 juta pada September dan 124 juta pada akhir 2019, mewakili pertumbuhan tahun-ke-tahun yang kuat sebesar 24 persen, Phone Arena melaporkan, dikutip Kamis.

Baca juga: Lagu Natal Mariah Carey pecahkan rekor Spotify

Tidak seperti Apple Music dan Tidal, Spotify juga menawarkan tingkat dukungan bebas iklan yang sangat populer di wilayah berkembang. Layanan itu kini meroket dengan 199 juta pengguna, meningkat 30 persen dari 153 juta yang dilaporkan pada akhir 2019.

Eropa dan Amerikat Utara masih menjadi wilayah terbesar dan paling bernilai di Spotify. Eropa mendapatkan keuntungan dari ekspansi baru-baru ini ke Rusia dan pasar sekitarnya.

Paket Premium Family dan Premium Duo juga terbukti populer, dan fokus Spotify pada podcast tampaknya berhasil. Kini ada 2,2 juta podcast di platform dan waktu konsumsi naik hampir dua kali lipat.

Seperti yang sering terjadi pada perusahaan yang relatif baru seperti Spotify, pertumbuhan tinggi harus dibayar mahal. Layanan tersebut kehilangan 125 juta euro (Rp2,1 triliun) pada kuartal lalu, meskipun ini merupakan peningkatan dari kerugian 209 juta euro (Rp3,5 triliun) yang dilaporkan pada Q4 2019.

Di sisi lain, total pendapatan mencapai 2,17 miliar euro (Rp36,6 triliun), naik dari 1,86 miliar euro (Rp31,4 triliun) pada kuartal sama tahun lalu. Spotify mengatakan akan terus memprioritaskan pertumbuhan pelanggan dibandingkan keuntungan pada masa mendatang.


Baca juga: Alasan Spotify buka layanan di Korea Selatan

Baca juga: Streaming lagu-lagu VSQ meroket sejak soundtrack Bridgerton dirilis

Baca juga: Olivia Rodrigo rajai tangga lagu dunia lewat single "Drivers License"

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021